SINJAI, Insertrakyat.com – Kasus pemukulan terhadap Wakil Kepala Sekolah sekaligus guru Ekonomi SMA Negeri 1 Sinjai, Mauluddin, oleh siswa berinisial MF, terus menuai sorotan. Insiden terjadi di ruang Bimbingan Konseling (BK) pada Selasa (16/9/2025) sekitar pukul 10.00 WITA.
Siswa MF tidak membantah. Ia mengakui kesalahannya. Ia mengaku emosinya memuncak setelah dijemur hampir satu jam di halaman sekolah dan merasa dibohongi soal tas miliknya.
Ditemui Insertrakyat.com pada Rabu (17/9/2025) malam, MF mengisahkan kronologi kejadian. Ia didampingi kedua orang tuanya saat dikonfirmasi.
“Saya akui itu kejadian di ruangan BK, dan saya salah. Saya dihukum dijemur di halaman sekolah hampir satu jam, disuruh menghadap ke bendera, oleh Pak Mauluddin, bukan guru BK yang hukum saya. Itu hukuman karena saya tidak ikut belajar pada Senin tanpa izin, tapi tas saya juga rusak setelah diambil pak Mauluddin,” ujar MF.
Menurutnya, sebelum insiden, ia juga merasa kecewa terkait persoalan tas. Pada Senin, MF meninggalkan kelas tanpa izin, meninggalkan tasnya di meja. Tas itu kemudian diambil Mauluddin. Saat sore, MF mencoba mengambilnya namun mendapat jawaban bahwa tas sudah dititipkan ke kepala sekolah yang disebut sudah pulang.

“Ini bukti chat WhatsApp. Saya tanya mau ambil tas, dijawab sudah disimpan ke kepala sekolah, dan beliau sudah pulang. Ternyata saya lihat sendiri kepala sekolah masih ada di sekolah, dan tas saya ternyata disimpan oleh Pak Mauluddin,” jelas MF sambil memperlihatkan bukti percakapan.
Ia merasa kecewa karena jawaban gurunya dianggap tidak sesuai fakta. “Saya merasa dibohongi,” ucap MF.
Meski begitu, MF mengaku sudah meminta maaf setelah kejadian. “Saya salah, saya juga sempat minta maaf waktu di ruangan BK,” tambahnya.
Ayah MF, Aiptu Rajamuddin, menyampaikan penyesalan mendalam. Ia menegaskan tidak pernah menduga anaknya akan melakukan pemukulan.
“Saya tidak menyangka kejadian itu. Seandainya saya tahu sebelumnya, tentu saya cegah. Kejadiannya spontan,” kata Rajamuddin.
Ia menuturkan kehadirannya di sekolah karena mendapat telepon dari guru BK, bukan undangan resmi tertulis. “Saya datang setelah ada telpon. Di ruangan BK, saya juga lihat ada orang tua siswa lain,” ungkapnya.
Rajamuddin mengaku sudah menegur anaknya di tempat. “Saya malah marahi anak saya. Tapi sudah pasti, saya minta maaf kepada satuan pendidikan dan kepada Pak Mauluddin atas kesalahan anakku,” tegasnya.
Ia pun berharap penyelesaian kasus ini mempertimbangkan masa depan anaknya. “Semoga kejadian ini jadi pembelajaran. Saya harap anak saya masih bisa lanjut sekolah,” katanya. “Anak saya sudah punya KTP, usia 17 lebih -plus,” kuncinya.
Penjelasan Wakasek Mauluddin

Guru sekaligus Wakasek, Mauluddin, membenarkan bahwa dirinya dipukul di hadapan guru dan orang tua siswa. Ia menuturkan awal mula masalah berangkat dari sikap siswa yang meninggalkan kelas tanpa izin.
“Saat itu ada tas di bangku kosong, milik MF. Saya simpan tasnya. Saat siswa tanya lewat chat, saya jawab besok diambil di ruang kepala sekolah. Padahal sebenarnya tas masih saya simpan,” kata Mauluddin saat ditemui di rumahnya di Balle, Sinjai Utara.
Ia menegaskan tidak ada niat menutupi keberadaan tas. “Tidak ada maksud berbohong. Saya hanya jawab seperti itu,” ucapnya.
Menurut Mauluddin, pada Selasa pagi ia bahkan mengembalikan tas tersebut langsung ke pundak MF. Persoalan disiplin kemudian dilanjutkan ke guru BK setelah koordinasi dengan kepala sekolah.
Namun, permintaan orang tua siswa membuatnya kembali ke ruang BK. “Begitu saya masuk, siswa langsung lompat memukul saya,” jelasnya.
Akibat insiden itu, Mauluddin mengalami pusing dan luka memar pada bagian punggung . Mauluddin menegaskan dirinya divisum di Puskesmas Balangnipa sekitar satu jam setelah kejadian, lalu melapor ke Polres Sinjai.
“Saya visum di Puskesmas Balangnipa, dan saya sudah lapor resmi di Polres. Ini tidak bertujuan mematahkan masa depan siswa, tapi saya tidak ingin kejadian seperti ini terulang,” tegasnya.
“Luka memar ada di punggung saya, tidak ada yang bengkak pada bagian lain,” tandasnya.
Mauluddin menegaskan dirinya melakukan visum di Puskesmas Balangnipa. Padahal idealnya Visum dilakukan di sebuah rumah sakit.
Sebelumnya, soal informasi visum ini juga dibenarkan oleh kepala sekolah, Suardi, ” iya benar di Puskesmas Balangnipa visum, bukan RSUD Sinjai,” ujarnya saat ditemui diruang kerjanya, Rabu Sore.
Suardi juga tak membantah jika siswa sempat berdiri di halaman sekolah atas permintaan Mauluddin terhadap siswa.
Namun, Suardi tidak minat menanggapi soal guru diduga bohong kepada siswa terkait tas milik siswa MF pada peristiwa hari Senin.
Justru sebaliknya, Suardi mendukung siswa diperoses hukum , bahkan ia bilang ada pihak yang ikut bahas – bahas umur siswa. “sudah bisa itu, umurnya, bukan dibawah umur,” kata Suardi sambil menyebut kalangan individu dimaksud. …… Tak lama kemudian ia menarik ucapannya yang terlanjur terekam.
Jum’at (19/9/2025), Investigasi Insertrakyat.com berlanjut, sosok diri yang disebut Suardi membahas umur siswa mulai terendus . Berkat sebelumnya Suardi bilang kalau dia dapat info dari guru, yang bilang ada; Bersambung. (a/s)