BANDA ACEH, INSERTRAKYAT.COM –Banjir dan tanah longsor kembali melanda Sibolga, Ibu Kota Kabupaten Tapanuli Tengah, serta sejumlah wilayah di Aceh dan Sumatera Utara pada 24–28 November 2025. Arus air membawa lumpur, batang pohon, puing bangunan, dan sampah rumah tangga, menyebabkan kerusakan parah dan memutus akses komunikasi serta transportasi. Bencana dipicu cuaca ekstrem, hujan lebat dan angin kencang yang berlangsung selama 3 – 4 hari.

Adapun, Sejarah mencatat bahwa bencana serupa bukan hal baru bagi Sibolga. Pada 22 Juli 1956, banjir bandang dahsyat melanda Kota Ikan ini. Hanya dalam hitungan menit, air bah merenggut ratusan nyawa. Saat itu, hujan deras tiba-tiba mengguyur kota. Indische Courant voor Nederland (30 Juli 1956) menulis, gemuruh keras terdengar sebelum air meluap, sedangkan Merdeka (23 Juli 1956) menyebut hujan sebelumnya tergolong ringan.

Air bah menyerbu dua per tiga wilayah kota yang berada dekat Sungai Aek Habil, tanpa memberi kesempatan warga menyelamatkan diri. Sebanyak 38 orang dipastikan tewas, termasuk pasangan pengantin baru yang ditemukan tertimbun lumpur. Ribuan rumah hancur, jembatan ambruk, dan lahan pertanian rusak total. Kerugian diperkirakan mencapai lebih dari Rp50 juta pada masa itu. Pemerintah menetapkan Sibolga sebagai wilayah darurat militer untuk mempercepat evakuasi dan rehabilitasi.

BACA JUGA :  Pemerintah Aceh Apresiasi Dukungan Menteri ESDM, Kewenangan Migas di Laut Sejauh 12-200 Mil Kini Terbuka untuk Aceh

Kini, hampir enam dekade kemudian, bencana serupa kembali terjadi. Selain Sibolga, wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat menghadapi ancaman banjir, tanah longsor, dan pohon tumbang. Berdasarkan Database Bencana Hidrometeorologi Indonesia (DIBI), data korban hingga 28 November 2025 pukul 21.00 WIB sebagai berikut:

SUMATERA UTARA

Kabupaten/KotaMDDPLRLSLB
Tapanuli Tengah47
Tapanuli Utara11
Tapanuli Selatan32
Kota Sibolga17
Humbang Hasundutan6
Padang Sidempuan1
Pakpak Bharat2
Mandailing Natal
Medan
Deliserdang1

ACEH

Kabupaten/KotaMDDPLRLSLB
Bener Meriah1113
Aceh Tenggara675
Aceh Tengah15
Gayo Lues12
Aceh Tamiang3
Kota Subulussalam1
Kota Lhokseumawe13
BACA JUGA :  Bareng Menteri Kelautan dan Perikanan, Duta Besar Bahrain Berkunjung ke Banda Aceh, Dijemput Wagub Fadhlullah

SUMATERA BARAT

Kabupaten/KotaMDDPLRLSLB
Tanah Datar214
Agam3468
Bukittinggi7
Kota Padang5
Pesisir Selatan1
Padang Pariaman11
Solok

Keterangan:

  • MD: Meninggal Dunia
  • DP: Dalam Pencarian
  • LR: Luka Ringan
  • LS: Luka Sedang
  • LB: Luka Berat

Selain bencana darat, BMKG mengeluarkan peringatan resmi terkait Bibit Siklon Tropis 95B sejak 21 November 2025 di perairan timur Aceh, Selat Malaka. Sistem ini berpotensi memicu hujan lebat hingga ekstrem dan angin kencang di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, dan wilayah sekitarnya.

Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani, mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan. Pemerintah daerah diminta bersiaga menghadapi potensi banjir, banjir pesisir, hingga pohon tumbang. Nelayan dan pelaku transportasi laut juga diminta mewaspadai gelombang tinggi. “Keamanan dan keselamatan adalah prioritas utama. Stakeholder terkait harus memastikan langkah mitigasi berjalan efektif,” ujar Faisal.

BACA JUGA :  100 Hari Kerja, Bupati Aceh Selatan Launching Program Rehabilitas RTLH

Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan analisis per 26 November 2025 pukul 01.00 WIB menunjukkan peluang 95B berkembang menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan cukup tinggi, dengan angin kencang mencapai lebih dari 35 knot (65 km/jam). Direktur Meteorologi BMKG, Andri Ramdhani, menekankan gelombang tinggi 2,5–4 meter berpotensi terjadi di Selat Malaka bagian tengah, Perairan Timur Sumatera Utara, dan Samudera Hindia barat Aceh hingga Nias. Gelombang sedang 1,25–2,5 meter berpotensi muncul di Selat Malaka utara, Perairan Rokan Hilir, serta Dumai–Bengkalis.

BMKG menegaskan masyarakat diminta hanya mengakses informasi resmi dan menghindari informasi tidak valid yang dapat memicu kepanikan.

Sumber :  Dr. Daryono Kantor BMKG pusat & Database Bencana Hidrometeorologi Indonesia (DIBI) & Drs. Wahyudi .