JAKARTA – Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Shinta W. Kamdani, menyampaikan sejumlah pandangan strategis dalam saresehan ekonomi yang digelar Presiden Prabowo Subianto, Selasa (8/4) kemarin di Jakarta. Agenda ini membahas dampak kebijakan tarif impor Amerika Serikat terhadap berbagai negara, termasuk Indonesia.

Shinta menyatakan, dunia usaha saat ini tengah menghadapi tekanan berat akibat ketidakpastian ekonomi global. Selain itu, ia menyebut langkah konkret dari pemerintah diperlukan untuk menjaga keberlangsungan sektor industri.

BACA JUGA :  Terkait Drama AS, Pemerintah Indonesia Siapkan Langkah Strategis dan Negosiasi Internasional

“Langkah konkret dan solutif sangat dibutuhkan, khususnya bagi dunia usaha yang kini terpukul hebat,” tegas Shinta, seperti dikutip laporan tertulis yang diterima redaksi INSERTRAKYAT.COM, Rabu, (9/4/2025).

Sebelumnya, Menurut Shinta kebijakan tarif baru dari Amerika Serikat (AS) berpengaruh signifikan terhadap kinerja ekspor nasional. Produk Indonesia, terutama dari sektor manufaktur, akan menjadi lebih mahal saat masuk ke pasar AS.

BACA JUGA :  PMI Manufaktur RI Catat Rekor Tertinggi, Unggul Ditingkat ASEAN

“Barang-barang kita akan menjadi lebih mahal sekitar 32 persen ketika masuk di pasar domestik AS. Inilah tantangan yang perlu segera direspons,” ujarnya.

Shinta menggarisbawahi pandangannya terkait kecepatan dan ketepatan strategi pemerintah dalam menghadapi situasi ini. Ia berharap ada langkah responsif untuk menjaga stabilitas perekonomian dalam negeri.

Sektor industri padat karya menjadi salah satu yang paling terdampak. Oleh karena itu, kata Shinta, dukungan terhadap sektor ini perlu diperluas agar tetap mampu menyerap tenaga kerja dan menjaga pertumbuhan industri.

BACA JUGA :  Pemerintah Perpanjang Keringanan Iuran JKK Lewat Revisi PP 7/2025, Industri Padat Karya Dapat Nafas Tambahan

“Industri padat karya perlu digalakkan dan dimasifkan,” tutupnya.

Saresehan tersebut menjadi ruang pertemuan antara pandangan pengusaha dan kebijakan negara dalam menghadapi dinamika ekonomi global yang makin kompleks.

Berkontribusi dalam artikel ini adalah Yakub Ismail Ketua Umum Ikatan Media Online (IMO) – Indonesia.

TERBARU

PILIHAN