JAKARTA INSERTRAKYAT.COM— Prof.Dr.Wahyu Wibowo, Dosen Mata Kuliah Filsafat Bahasa pada Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional (UNAS) Jakarta mengatakan puisi dinyanyikan dengan topik keagamaan-seperti yang suka kita dengarkan di mana-mana- memang sudah lama kita jumpai, sebagai bagian dari upacara keagamaan.
“Bahkan, kemudian para musisi klasik juga kerap kita dengarkan banyak menggubah puisi ke dalam bentuk musik, menjadi suatu tembang puitik yang diharapkan bisa menambah estetik suatu pergelaran,” ujar Prof.Dr.Wahyu Wibowo ketika diminta komentarnya di Jakarta, Rabu (5/3/2025) tentang belakangan ini banyak karya puisi yang diangkat menjadi tembang puitik, antara lain oleh Komponis & Pianis Ananda Sukarlan.
Salah satu yang diangkat jadi tembang puitik oleh Komponis & Pianis Ananda Sukarlan berjudul “Meditasi Batu” karya Penyair Pulo Lasman Simanjuntak.Tembang puitik “Meditasi Batu” ini akan dinyanyikan (resital) oleh Zoe Hong Yee Huay, seorang mezzo-soprano dari Malaysia pada Kamis 20 Maret 2025 di Ledger Recital Room (RCS), Skotlandia, Inggris, sebagai program pendidikan dan pemahaman kebudayaan dunia bagi para mahasiswa Royal Conservatoire of Scotland (RCS) Glasgow.
Dikatakan lagi oleh Prof.Dr. Wahyu Wibowo, lalu muncul “aksi” musikalisasi puisi (memusikkan puisi), seperti yang pernah disuguhkan oleh Bimbo terhadap puisi karya Taufiq Ismail.
Juga, musikalisasi puisi yang disajikan oleh Reda terhadap puisi karya Sapardi Djoko Damono.
“Perpaduan yang selaras antara nada (musik) dan estetika bahasa pada sebuah puisi agaknya menyebabkan mengapa puisi kerap dimusikkan oleh komponis,” ujarnya.
“Kemanjaan kita pada bunyi musik, dan kesetiaan kita pada pembongkaran “rahasia” puisi, setidaknya menyebabkan mengapa puisi suka dimusikkan. Lagi pula, dari sisi imaji dan teknik pengucapannya, sering kali puisi menjadi lirik yang sudah siap untuk dimusikkan. Bukan lirik yang mendayu-dayu, yang sekadar menggambarkan kisah cinta, misalnya,” ucap Prof.Dr.Wahyu Wibowo, Penyair dan Sastrawan yang telah menulis 50 judul buku sastra, jurnal.ilmiah, jurnalistik, dan masih banyak lagi.
Menurutnya pantun atau gurindam- dalam lagu-lagu Jawa, yang dimusikkan oleh para komponis melalui gamelan-contohnya, juga pada dasarnya melahirkan estetika bunyi yang mampu menghanyutkan pendengarnya.
Suasana ini, yang juga bisa disebut ekstasi, memang kemudian berpotensi manusia menjadi reflektif (karena dirinya bisa sejenak retret atau berjarak dengan kehidupannya, lalu melakukan perenungan).
“Itu pula yang patut diapresiasi ketika puisi karya Pulo Lasman Simanjuntak, berjudul “Meditasi Batu”, diangkat oleh komponis Indonesia, Ananda Sukarlan, menjadi sebuah tembang puitik, dan lalu dibawakan di luar negeri,” ujarnya.
Di tengah kesedihan tentang betapa kebudayaan asing telah menggerogoti sendi-sendi budaya Indonesia, dan di tengah keprihatinan tentang “nasib” puisi Indonesia di kancah global, puisi berjudul “Meditasi Batu” karya Pulo Lasman Simanjuntak-yang dimusikkan oleh komponis Ananda Sukarlan itu-setidaknya menerbitkan suatu horison baru tentang musikalisasi puisi Indonesia di kancah global. Horison baru yang juga mampu membuat manusia Indonesia melakukan retret.
Kebebasan Penyair
Puisi
Pulo Lasman Simanjuntak
MEDITASI BATU
pada akhirnya
kutikam pertarungan
berulangkali
tanpa belati tajam
amarah manusia lama
meledak
dari lautan
paling dalam
maka harus kuakhiri
dengan meditasi batu
untuk menabur suara ilahi
di tanah berbuah
tanpa harus melirik
tabiat orang lain
karena aku wajib
jadi manusia baru
Jakarta, Selasa 21 Februari 2023
“Puisi ‘Meditasi Batu’ di atas tadi melahirkan pertanyaan menikam pertarungan? Kalau imaji penyair Pulo Lasman Simanjuntak dipahami secara gamblang, agaknya kita akan kesulitan menggambarkan apa yang dikesankan dalam puisi tersebut,” ucap Prof.Dr.Wahyu Wibowo yanh dikenal sebagai Penyair dan Sastrawan Angkatan 2000 ini.
Apalagi, kalau kita menjejak pada prinsip ‘kebebasan penyair’, yang oleh karena itu justru menjauhkan kita dengan ‘maunya’ Lasman Simanjuntak.
Juga apalagi jika kita melihat kolokasi lanjutan dari karya puisi Pulo Lasman Simanjuntak “manusia lama”, ” tanah berbuah”, atau “meditasi batu”. Teori apa pun untuk menguak
imaji tersebut pasti gagal, dan karena gagal, maka sajak Lasman Simanjuntak menjadi gagal.
Beruntung, ada prinsip yang mengiringi istilah ‘kebebasan penyair’ itu tadi, yakni prinsip berbahasa yang disebut “verdiktif”, yaitu dampak atau respons estetik yang muncul dari pembacanya terhadap suatu puisi.
” Dalam prinsip ini, dimungkinkan seorang penyair akan tersingkir dari imaji pada sajaknya, karena imajinya diambil-alih oleh pembacanya,” jelasnya.
Dengan kata lain, sajak Pulo Lasman Simanjuntak tersebut akan dikonstruksikan oleh para pembacanya dengan hasil yang berbeda-beda, atau tiap pembaca akan memiliki respons estetis yang berbeda-beda.
Dan, itu amat sah, mengingat awal penciptaan puisi pada umumnya dilandasi oleh imaji (gambaran/bayang-bayang) penyairnya terhadap apa pun yang ada di kepalanya.
Verdiktivitas itulah yang menegaskan bahwa puisi “Meditasi Batu” adalah meditasi yang amat tekun, sangat terfokus, amat serius, sehingga ibarat membatu, yang jika dibandingkan dengan sebuah pertarungan, si aku liris berhasil menguasai meditasinya (teknik relaksasi dalam memusatkan pikiran) dengan menikam/membungkamnya tanpa menggunakan belati.
“Hening. Terpusat. Tidak seperti umumnya orang biasanya bermeditasi yang tanpa hasil.
Pulo Lasman Simanjuntak secara verdiktif, berhasil mencapai puncak ekstasinya. Mungkin, ini juga dipengaruhi oleh pengalaman ekstra literernya sebagai pelayan gereja,” pungkasnya.
- Ananda Sukarlan
- Bimbo dan Taufiq Ismail
- budaya Indonesia
- eksplorasi makna
- ekspresi sastra
- estetika bunyi
- estetika pergelaran
- filsafat bahasa
- gamelan dan puisi
- globalisasi puisi
- Headline
- horison baru
- imaji liris
- imaji puisi
- interpretasi puisi
- kebebasan penyair
- kebudayaan dunia
- kolokasi imaji
- komponis Indonesia
- konstruksi pembaca
- kritik sastra
- Ledger Recital Room
- lirik musikalisasi
- Meditasi Batu
- mezzo-soprano Malaysia
- musikalisasi puisi
- pantun dan gurindam
- pelayan gereja
- pengalaman ekstra literer
- pengaruh budaya
- penyair Pulo Lasman Simanjuntak
- prinsip verdiktif
- Prof.Dr.Wahyu Wibowo
- puisi dan meditasi.
- puisi dan musik
- puisi kontemporer
- puisi religius
- puisi sebagai ekspresi
- Reda dan Sapardi Djoko Damono
- refleksi kehidupan
- resital puisi
- respons estetis
- retret batin
- Royal Conservatoire of Scotland
- sastra dan musik
- seni pertunjukan
- teknik relaksasi
- tembang puitik
- Universitas Nasional
- Zoe Hong Yee Huay










































