Aceh Jaya, InsertRakyat.com — Wakil Gubernur Aceh, Fadhlullah atau akrab disapa Dek Fadh, memperlihatkan sisi humanis saat kunjungan kerja di kawasan Gunung Geureute, Aceh Jaya, pekan lalu.
Dihimpun Insertrakyat.com, Senin, (6/10/2025). Terlihat dalam perjalanan, ia menghentikan iring-iringan mobilnya begitu melihat truk bermuatan dengan pelat luar daerah BK (Medan) yang tengah melintas.
Dek Fadh kemudian turun dari mobil dinas dan menyapa dua sopir yang sedang beristirahat. Dengan nada akrab, ia bertanya, “Sudah makan?”
Salah satu sopir menjawab belum sempat makan. Mendengar itu, Dek Fadh langsung merogoh dompet dan menyerahkan sejumlah uang untuk membantu biaya makan mereka.
Momen spontan tersebut menarik perhatian warga sekitar dan terekam kamera ponsel. Video singkatnya beredar luas di media sosial, menuai banyak pujian dari warganet.
Banyak yang menilai sikap Dek Fadh menunjukkan kerendahan hati dan empati, di tengah jabatan tinggi yang diembannya.
Aksi ini terjadi di tengah meningkatnya sorotan publik terhadap kebijakan penertiban kendaraan berpelat luar daerah di Aceh.
Sejumlah kalangan sebelumnya mendesak penegakan tegas penggunaan pelat BL bagi kendaraan yang beroperasi di wilayah Aceh.
Namun, Wakil Gubernur memilih pendekatan yang berbeda. Ia tidak menyoal pelat kendaraan, melainkan menyoroti nasib manusia di balik kemudi.
Melalui tindakan sederhana itu, Dek Fadh seakan ingin menyampaikan pesan: penegakan aturan tak selalu harus kaku.
Pendekatan empati dan komunikasi langsung dapat membuka ruang dialog yang lebih konstruktif antara pemerintah dan masyarakat.
Sikapnya mencerminkan kepemimpinan yang tidak hanya menegakkan aturan, tetapi juga mengutamakan nilai kemanusiaan.
Di tengah ketegangan wacana penertiban kendaraan non-BL, momen kecil ini menjadi angin sejuk bagi publik.
Sejumlah tokoh masyarakat menilai tindakan Wagub tersebut sebagai simbol kedekatan pemimpin dengan rakyat.
Menurut mereka, kepedulian spontan seperti itu mampu mencairkan suasana di tengah isu yang sensitif.
Video interaksi itu pun ramai dibagikan di berbagai platform media sosial, disertai komentar positif dari warganet.
Banyak yang menyebut Dek Fadh sebagai contoh pejabat yang tidak berjarak dengan rakyat kecil.
Meski sederhana, gestur itu memberi pesan besar: kebijakan publik seharusnya berpihak kepada manusia, bukan hanya kepada aturan tertulis.
Langkah Dek Fadh ini menjadi cermin bahwa kepemimpinan bukan sekadar memerintah, tetapi juga mendengarkan dan memahami.
Aksi tersebut menjadi contoh bahwa kehangatan dan empati bisa menjadi jembatan meredakan ketegangan, bahkan di tengah isu sensitif seperti pelat luar daerah. (Rifqi).