Keterangan foto: Pada 11 Juli 2025, Gedung Presisi Polda Aceh menjadi saksi saat Kapolda Irjen Pol Dr. Achmad Kartiko, S.I.K., M.H. menyerahkan langsung dua penghargaan penting kepada Kapolres Aceh Timur, AKBP Irwan Kurniadi, S.I.K” (Mhd Iqbal/Insertrakyat.com)
ACEH TIMUR INSERT RAKYAT — Di tengah deret panjang persoalan klasik yang terus membelit wajah penegakan hukum di Indonesia, mulai dari premanisme hingga layanan publik. Kini sebuah realita berbeda datang dari ujung barat negeri. Sebuah institusi negara menunjukkan bahwa kerja sambil memegang teguh prinsip Presisi, masih menjadi harapan untuk bersinar. Tidak mencari sorotan, tapi kini jadi sorotan. Ini pun bukan sensasi, melainkan dedikasi dari pembuktian di mata publik dan Masyarakat Nasional.
Nama institusi itu adalah Polres Aceh Timur. Dan yang baru saja terjadi, Polres menyabet dua penghargaan bergengsi sekaligus dari Polda Aceh.
Pada 11 Juli 2025, Gedung Presisi Polda Aceh menjadi saksi saat Kapolda Irjen Pol Dr. Achmad Kartiko, S.I.K., M.H. menyerahkan langsung dua penghargaan penting kepada Kapolres Aceh Timur, AKBP Irwan Kurniadi, S.I.K.
Terbaik I dalam Penanganan Premanisme.
Terbaik I dalam Layanan Call Center 110.
Bagi publik, ini mungkin sekadar penghargaan. Tapi di baliknya, terdapat ribuan jam kerja, patroli tak kenal waktu, laporan warga yang ditindak, hingga malam-malam tanpa tidur di ruang kendali darurat.
Di negeri yang kadang terlalu sering mengapresiasi kegaduhan, ini adalah bentuk pengakuan terhadap kesunyian kerja keras berbalut ketulusan dari POLRI UNTUK MASYARAKAT.
Kapolres Aceh Timur, AKBP Irwan Kurniadi bukan tipikal pejabat yang doyan tampil.
Alumnus Akpol 2006 ini lebih suka bicara lewat hasil.
Ia paham betul bahwa kepercayaan tak dibangun dari premis, tapi dari jalan kampung yang aman, dari telepon darurat yang dijawab cepat, dari laporan warga yang tidak diabaikan.
“Ini hasil kerja semua personel, bukan saya sendiri,” ujarnya singkat.
Satu kalimat yang menegaskan, di balik institusi yang tampil kompak, ada pemimpin yang tidak egois.
Layanan Call Center 110 sejatinya bukan hal baru. Tapi bagaimana ia dijalankan, itu soal lain. Kadiv Humas Polri Irjen Pol Shandi sebelumnya menyebut 110 menjadi agenda pelayanan nasional.
Lalu, di Aceh Timur, sistem ini benar benar dilaksanakan dengan baik dan bersemangat . Setiap laporan masuk diproses dalam hitungan menit. Tak ada istilah “tidak tahu”, apalagi “nanti dulu”. Respons cepat adalah keharusan, bukan pilihan.
“Setiap menit berarti bagi masyarakat,” kata seorang operator, dikutip keterangannya.
Mereka tahu, ketika warga menelepon, berarti sedang ada ancaman. Dan kepolisian harus hadir sebelum situasi berubah menjadi tragedi.
Premanisme adalah musuh lama di hampir semua wilayah.
Tapi di Aceh Timur, pendekatannya berbeda. Penanganan dilakukan bukan hanya represif, tapi juga preventif. Intelijen digerakkan, patroli ditingkatkan, dan ruang-ruang publik diawasi ketat.
Hasilnya rasa aman yang kembali pulih sediakala.
Warga pasar bisa berdagang tanpa dipalak. Anak muda bisa nongkrong tanpa dibuntuti ketakutan.
Dan itulah mengapa penghargaan itu penting. Karena mewakili suara masyarakat Merah Putih yang senantiasa menitipkan kepercayaan publik dipundak dan pangkuan polisi tegas, bijak, inspiratif, inovatif dan kreatif.
Bagi AKBP Irwan, penghargaan ini bukan akhir. Tapi awal dari tanggung jawab yang lebih berat. Tanggung jawab yang lebih luas.
“Setelah ini, ekspektasi masyarakat pasti lebih tinggi. Dan kami siap,” kata orang nomor satu di Mapolres Aceh Timur itu.
Baginya, yang paling berbahaya dari semua prestasi adalah merasa puas dan terlena, bahkan tak pernah bersyukur. Ini bahaya kata beliau.
Karenanya, setiap unit di Polres Aceh Timur kini didorong untuk terus berbenah. Evaluasi dilakukan setiap minggu. Kasus-kasus lama ditinjau ulang. Respons publik dikaji. Semua demi menjaga kepercayaan dari kaca mata masyarakat.
Di era digital yang serba visual, banyak institusi tergoda mencitrakan diri lewat video heroik atau kampanye daring. Tapi di Aceh Timur, citra dibentuk dari satu hal: kehadiran nyata di tengah masyarakat.
Citra Polri bukan soal seragam atau slogan. Tapi tentang;
– Seberapa cepat polisi hadir ketika warga ketakutan.
– Seberapa adil penyelidikan dilakukan.
– Seberapa jujur laporan internal dibuat.
Dan Polres Aceh Timur memahami itu. Mereka tidak sibuk mengejar “like” di media sosial, tapi sibuk memastikan bahwa masyarakat merasa “disukai” oleh institusi negara yang melayaninya.
Keberhasilan Polres Aceh Timur ini sederhana, tapi memberi pesan penuh dengan inspiratif.
Dan jika satu polres bisa, mengapa tidak yang lain?.

Masyarakat tahu polisi juga manusia.
Yang mereka butuhkan bukan polisi yang sempurna, tapi polisi yang hadir, sigap, dan tulus.
Dan itulah yang kini dirasakan masyarakat Aceh Timur.
Dalam diam, mereka mulai percaya.
Dalam senyap, rasa aman kembali tumbuh dan tersenyum.
Di negara yang sering lelah berharap, Polres Aceh Timur menyajikan harapan bahwa negara masih bisa melayani dengan baik.
Dan bahwa penghargaan bukanlah tujuan akhir, tapi bukti bahwa apa yang dilakukan benar untuk kepentingan masyarakat.
Dari ruang kendali Call Center 110, hingga lorong-lorong sempit kampung, aparat Polres Aceh Timur terus bekerja.
Mereka tidak sedang memburu pujian. Mereka sedang menjaga sesuatu yang lebih penting: kepercayaan Institusi.
Dan selama kepercayaan itu dijaga, maka tak akan sulit bagi masyarakat untuk mengatakan:
“Terima kasih, Polisi.”
Kendati demikian berbicara soal pencegahan Hoax , Polres Aceh terdepan. [Dicatat Insertrakyat.com].
Laporan: Mhd Iqbal
Editor: Samudra (1Tulisan).