“Berbeda dengan Rangga, Budi ialah mantan warga binaan yang kini berdomisili di Bone. Ia mengupas esensi informasi remisi. Ia bicara dengan intonasi tajam dan artikulasi mantap. Budi bilang ada itu;
SINJAI, INSERT RAKYAT – Kehidupan di dalam Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIB Sinjai menyimpan sisi kemanusiaan yang jarang terekspos. Dari balik jeruji, terpantik cerita pembinaan, kedisiplinan, dan nilai spiritual. Kesaksian Rangga, nama samaran seorang mantan warga binaan pemasyarakatan (WBP), mengungkap rutinitas yang menata perilaku, juga membentuk karakter baik dan bermanfaat.
“Jadi rutin ada semacam apel pagi, keluar membersihkan ruangan dan lapangan. Setelah itu buang sampah, mandi, lalu langsung ke masjid,” ujar Rangga kepada Insertrakyat.com, Senin lalu. Cerita itu senada dengan penuturan Budi saat ditemui Rabu (9/7/2025). Rangga merupakan warga Kabupaten Sinjai, sedangkan Budi berasal dari Kabupaten Bone.
Kegiatan kebersihan dijalankan bersama petugas. Keterlibatan dalam menjaga lingkungan menjadi bentuk tanggung jawab bersama.
“Hidup bersih dan sehat itu prinsip bersama. Petugas memang bersih-bersih, ikut membantu menjadi bagian dari aktivitas harian,” jelas Rangga.
Setelah sarapan, aktivitas berlanjut ke masjid. Rutinitas keagamaan menjadi pusat pembinaan spiritual. Mengaji dilakukan tiga kali seminggu. Salat lima waktu dijalankan secara disiplin.
Bagi warga binaan yang belum lancar membaca doa-doa salat, tersedia pengajaran. Mulai dari iqro, azan, hingga tajwid untuk meningkatkan pemahaman dan pelaksanaan ibadah.
Setiap malam Kamis, warga binaan membaca surat Al-Kahfi satu juz. Pagi Jumat, dibacakan surat Yasin dan doa untuk orang tua serta keluarga yang wafat. Apa lagi waktu bulan puasa kata Rangga, sangat padat kegiatan religius.
Program pendidikan kesetaraan tersedia. Praktik belajar melalui Paket A, B, dan C digelar hingga tiga kali seminggu. Kesempatan ini terbuka bagi yang belum tuntas belajar di luar.
“Kita (warga binaan,-red) juga aktif merawat lingkungan. Ada yang memangkas bunga, merapikan taman, dan membersihkan sudut-sudut blok. Kepuasan muncul saat area sekitar tampak bersih dan tertata,” ujar Rangga.
Soal fasilitas, Rangga menyebut pernah menerima termos dan pembersih toilet. Untuk pembersih toilet, hanya dibagi satu botol untuk beberapa orang.
“Pembatasan seperti itu bisa dimaklumi. Orang di penjara pikirannya kadang beda dengan yang di luar, karena jarang kena angin segar. Mungkin petugas keamanan mencegah, [takutnya] ada yang minum cairan itu sehingga dibatasi,” tuturnya.

Insertrakyat.com awalnya menghubungi Rangga setelah adanya kegiatan pembagian peralatan mandi dan termos di Rutan Sinjai, Senin (7/7/2025). Inovasi pelayanan dasar ini diberikan kepada seluruh warga binaan.
Paket bantuan meliputi sabun mandi, sikat gigi, pasta gigi, dan perlengkapan pribadi lainnya. Termos air panas turut dibagikan mendukung kebutuhan harian.
Antusiasme warga binaan tinggi. Banyak yang bersorak gembira. Beberapa bahkan spontan menyampaikan harapan agar kegiatan serupa berlanjut.
“Semoga pembagian seperti ini bisa terus ada,” seru salah satu warga binaan, siang itu.
Pada malam hari, Rangga menyampaikan apresiasi atas kegiatan tersebut. Menurutnya, pembagian sabun mandi belum pernah terjadi saat dirinya menjalani masa hukuman di Rutan Sinjai.
“Masya Allah, seandainya dari dulu ada seperti ini, [pembagian perlengkapan mandi]. Luar biasa Pak Karutan sekarang,” ungkap Rangga.

Sebelumnya, Kepala Rutan Kelas IIB Sinjai, Darman Syah, menyatakan Rutan Sinjai terus berbenah dalam pelayanan dasar bagi warga binaan. Fokusnya meliputi kepribadian, kesehatan, pendidikan, dan keterampilan.
Latar kasus, sebagian besar penghuni rutan terlibat kasus narkotika, illegal fishing, kekerasan terhadap anak, pencurian, dan tindak pidana lainnya. Pendekatan spiritual dan psikologis ditingkatkan. Pengajian rutin, olahraga, dan kegiatan rekreasi seperti lomba memancing digelar untuk menurunkan stres.
“Sejak Oktober 2024, tingkat stres warga binaan turun drastis. Situasi di dalam jauh lebih kondusif,” kata Darman Syah kepada Insertrakyat.com, (29/4/2025) siang hari di Lantai Dua kantor pusat pelayanan publik Rutan Sinjai, Jln Teuku Umar, Kelurahan Biringere, Kecamatan Sinjai Utara.
Untuk pelayanan medis, tersedia dua perawat tetap. Rutan juga bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dan RSUD Sinjai.
Pendidikan Paket A, B, dan C disediakan melalui kerja sama dengan PKBM Panrita Kitta. Balai Latihan Kerja (BLK) terlibat dalam pelatihan menjahit, tata rambut, dan kerajinan tangan.
Program barista menjadi pelatihan favorit. Dilatih langsung oleh PKBM Panrita Kitta, peserta mempelajari jenis kopi, teknik penyajian, hingga etika pelayanan.

Pelatihan ketahanan pangan berjalan aktif. Warga binaan mengelola kolam ikan, menanam sayuran seperti kangkung, dan mengikuti lomba mancing bertajuk “Memanen Semangat”.
“Panen ikan dari kolam rutan nantinya digunakan untuk konsumsi internal dan dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan,” jelas Karutan.

Budidaya sayuran dan ikan dikelola sepenuhnya oleh warga binaan. Dimulai dari proses tanam hingga panen. Tujuannya membentuk mental produktif dan sikap tanggung jawab.
“Rutan Sinjai mengembangkan pendekatan jasmani, rohani, dan intelektual sebagai tiga pilar utama pembinaan,” tandasnya.
Rutan Sinjai menegaskan bahwa perubahan dalam pemasyarakatan menciptakan ruang pembentukan jiwa dan masa depan yang lebih baik.
“Kita semua ingin warga binaan setelah bebas, mereka lebih siap, bertanggung jawab, dan bermanfaat,” tutup Darman Syah.
Saat ini Rangga telah menghirup udara bebas. Ia sempat ditahan akibat aksi demonstrasi menuntut hak atas tanah adat di Kantor DPRD Sinjai, November 2024. Aksi tersebut menyebabkan kerusakan fasilitas kantor dan berujung laporan resmi ke Polres Sinjai.
Kisah Rangga menjadi potret bahwa pemasyarakatan sejati masih berdenyut di Rutan Sinjai. Tempat ini memberi ruang belajar, tobat, dan bangkit menuju kebermanfaatan.
Berbeda dengan Rangga, Budi ialah mantan warga binaan yang kini berdomisili di Bone. Ia mengupas esensi informasi remisi. Ia bicara dengan intonasi tajam dan artikulasi mantap.
Budi bilang ada itu; (Bersambung).
Penulis : Supriadi Buraerah