LAMONGAN, INSERTRAKYAT.com Kehadiran Transjatim Koridor VII yang menghubungkan Terminal Lamongan–Dukun (Gresik)–Terminal Paciran menjadi simbol kemajuan inovasi transportasi publik di Jawa Timur.

Gebrakan ini menandakan adanya kesiapan kuat pemerintahan dalam menyongsong Indonesia Emas.

Lengkapnya, Kepala Badan Strategi Kebijakan Dalam Negeri (BSKDN) Kemendagri, Dr Yusharto Huntoyungo, M.Pd menegaskan, layanan ini merupakan komitmen daerah dalam menyediakan transportasi yang adil, efisien, dan berpihak pada kesejahteraan masyarakat.

“Transjatim merupakan ekosistem inovasi yang terintegrasi. Layanannya tidak sekadar menghubungkan antarwilayah, tetapi juga menyesuaikan kebutuhan masyarakat,” kata Yusharto saat peresmian operasional Bus Transjatim Koridor VII di Halaman Parkir Makam Sunan Drajat, Lamongan, Selasa (7/10/2025).

BACA JUGA :  DIRJEN PERHUBUNGAN DORONG EKOSISTEM EV UNTUK KESELAMATAN JALAN RAYA

Yusharto menjelaskan, mobilitas publik yang efektif adalah fondasi pemerataan ekonomi. Kehadiran koridor baru Transjatim bukan hanya memperlancar pergerakan warga antardaerah, melainkan juga menciptakan peluang ekonomi bagi pelaku UMKM dan usaha lokal di sepanjang rute. “Peluncuran koridor VII ini adalah hasil kolaborasi lintas sektor untuk membangun transportasi publik yang efisien, ramah lingkungan, dan visioner,” tambahnya.

Transportasi massal sebagai solusi atas kemacetan dan polusi di kawasan Gerbangkertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan). Kawasan ini merupakan pusat kegiatan ekonomi terbesar kedua nasional setelah Jakarta. “Setiap tahun kemacetan menurunkan produktivitas hingga 0,5 persen atau setara 4 miliar dolar AS. Dampaknya di wilayah metropolitan Surabaya bahkan lebih besar,” tegas Yusharto.

BACA JUGA :  Pemerintah Jepang Dukung Implementasi WBE untuk Peningkatan Kualitas Sanitasi di Indonesia

Data BSKDN mencatat, jumlah kendaraan bermotor di Jawa Timur mencapai 26,52 juta unit pada 2024, meningkat 5 persen dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan itu menambah beban ekonomi akibat polusi udara dan tingginya subsidi energi. “Transjatim hadir sebagai solusi. Kapasitas angkutnya besar, tarifnya terjangkau, dan menjadi alternatif untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi,” jelas Yusharto.

BACA JUGA :  BSKDN Bahas Strategi Wastewater-Based Epidemiology untuk Penanganan Stunting

Lebih jauh, ia menyampaikan bahwa peluncuran Transjatim Koridor VII sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029. Program ini berfokus pada pengembangan transportasi publik guna menekan kemacetan dan emisi karbon. Selain itu, Transjatim turut mendukung agenda Net Zero Emission 2060 serta tujuan SDGs ke-11: mewujudkan kota yang inklusif, tangguh, dan berkelanjutan.

“Kementerian Dalam Negeri terus membina inovasi daerah di seluruh Indonesia. Perluasan koridor ketujuh ini merupakan wujud peningkatan kualitas layanan publik melalui penguatan ekosistem inovasi di Jawa Timur,” pungkas Yusharto. (A).

BERITA TERBARU

HUKUM