HIBURAN, INSERTRAKYAT.com —
Pada suatu pagi Istana Baghdad mendadak gempar. Abunawas, tokoh jenaka yang terkenal cerdas dan nyentrik, dilaporkan menghilang tanpa jejak. Ia kabur tanpa membawa handuk.
Kejadian ini pertama kali diketahui oleh pelayan istana. Saat membuka kamar tamu, mereka menemukan tikar tergulung, jendela dan pintu terkunci, namun plafon bolong. Di sana ditemukan pesan Abunawas. “Ampun, Tuanku. Hamba mencari sunyi. Jangan dicari. Wassalam.”
Isi istana pun heboh.Prajurit diperintahkan menyisir taman dan mencatat kemungkinan tempat persembunyian Abunawas.
Kabar hilangnya Abunawas itu terus bergulir. Satu pertanyaan pun ikut berputar di kepala semua orang.
“Mengapa Abunawas lupa membawa handuk?.
Di ruang dalam istana, Raja Harun Ar-Rasyid tetap tenang. Ia duduk bersila sambil memutar biji-biji tasbih. Wajahnya terlihat damai, bahkan tersenyum kecil.
“Subhanallah,” bisiknya. “Dia meninggalkan istana demi kesunyian, namun meninggalkan juga satu hal paling mendasar [Kode] ” tanggung jawab.”
Raja telah memerintahkan pencarian.
Beberapa jam kemudian, kabar datang dari penjaga pemandian umum. Seorang lelaki berjubah lusuh kedapatan berteriak karena tak membawa handuk.
Rambutnya basah, tubuhnya dibalut kain darurat, dan wajahnya tidak asing.
Itu Abunawas.
Saat ditanya mengapa tak membawa handuk, ia menjawab santai. “Orang yang ingin lari dari keramaian harusnya tetap ingat satu hal, keringat tetap perlu dilap.” Tak lama kemudian, di istana, Raja Harun kembali tersenyum Ia memandang langit Baghdad dan berkata pelan. “Jika hatinya sudah jernih, tubuhnya akan segera menyusul.
Kirimkan satu handuk bersih, dan biarkan ia kembali dengan tawa di Istana.
Baghdad pun kembali tenang. Dan rakyat tersenyum, karena tahu bahwa selama Abunawas masih ada, hidup tak akan pernah kehilangan canda. Kejadian ini berlangsung dalam cerita atau fiksi.
(Miftahul Jannah/Insertrakyat.com).