Iklan Otomatis Google AdSense 160x600

MAJENE, INSERTRAKYAT.com Kabar bohong terkait penculikan dan pelecehan oleh sekelompok orang berkulit hitam belakangan ini menghebohkan publik khususnya Sulawesi Barat.

Kabar kriminal itu bahkan menyebar cepat di media sosial dan grup percakapan WhatsApp, menimbulkan kepanikan di tengah Masyarakat Nasional.

Narasi tersebut membuat warga, terutama perempuan dan anak-anak, dilanda rasa takut.

Namun, setelah dilakukan penelusuran, informasi itu terbukti tidak benar alias hoaks.

Tidak ada laporan resmi, tidak ada korban, dan tidak ada bukti yang dapat dipertanggungjawabkan.

Ironisnya, tuduhan dalam kabar palsu itu justru menyeret mahasiswa asal Papua di Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar), Majene.

Mereka dituding sebagai pelaku dan sempat mengalami perlakuan rasis dari oknum sesama mahasiswa yang termakan isu.

BACA JUGA :  Tampang Jaksa Gadungan Ditangkap di Sumsel

Peristiwa ini memunculkan keprihatinan di kalangan akademisi dan masyarakat.

“Sangat disayangkan tindakan rasis bisa terjadi di Unsulbar,” ujar Rahmat, Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Hukum Unsulbar periode 2022–2023 kepada Insertrakyat.com

Rahmat menilai, peristiwa ini mencoreng citra Majene sebagai kota pendidikan yang menjunjung tinggi nilai perbedaan dan persatuan.

Rahmat menegaskan, mahasiswa harus berpikir kritis dalam menyikapi setiap kabar yang beredar.

“Kalau kita mengaku mahasiswa, maka setiap berita yang kita lihat sebaiknya kita telusuri dulu sumbernya sebelum disebarkan,” kata Rahmat.

Menurutnya, mudah percaya tanpa verifikasi hanya memperkuat rantai penyebaran hoaks dan kebencian.

Ditempat terpisah, Kasi Humas Polresta Mamuju, Ipda Herman Basir, menegaskan seluruh informasi yang beredar di media sosial dipastikan hoaks.

BACA JUGA :  Dugaan Perampokan Agen BRI Link di Sinjai Timur: Pelaku Belum Tertangkap, Kapolres Sinjai Beri Penjelasan

“Setelah pengecekan langsung dan klarifikasi dengan akun penyebar pertama, tidak ditemukan bukti kebenaran informasi itu,” tegasnya kepada wartawan, Sabtu (4/10/2025).

Menurut Herman, kabar yang beredar mencakup isu kelompok bersenjata membawa peluru, pencurian, pemerkosaan, hingga penyerangan rumah warga bernama Idris di BTN Puri Mutiara, Jalan Ir. Juanda, Mamuju.

“Semua informasi tersebut tidak benar. Itu murni berita bohong yang tidak dapat dipertanggungjawabkan,” kata dia.

Polresta Mamuju mengimbau masyarakat agar tidak mudah percaya terhadap unggahan atau pesan berantai di media sosial.

Kepolisian juga mengingatkan bahwa penyebaran berita palsu termasuk pelanggaran hukum sesuai Undang- Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Peristiwa ini dapat dijadikan sebagai pembelajaran, agar semua elemen publik dan masyarakat lebih berhati-hati terhadap kabar tanpa sumber jelas.

BACA JUGA :  Tim Resmob Polres Sinjai Amankan Terduga Pelaku Persetubuhan Anak di Bawah Umur

Hoaks bisa menjadi pemicu konflik sosial yang serius, apalagi jika menyentuh isu ras dan asal-usul etnis.

Literasi digital dan klarifikasi data harus menjadi budaya bersama sebelum menekan tombol “bagikan”.

Rahmat kembali menegaskan, mahasiswa asal Papua hadir di Unsulbar untuk belajar dan berkontribusi dalam dunia akademik, bukan untuk dicurigai.

“Mereka datang dengan niat menuntut ilmu. Sangat tidak benar jika dikaitkan dengan isu penculikan atau pelecehan,” ujarnya.

Majene, sebut Rahmat, dikenal sebagai kota pendidikan seharusnya menjadi ruang tumbuhnya toleransi dan keberagaman.

“Hoaks dan rasisme tidak boleh mendapat tempat di dunia akademik, sebab keduanya hanya melahirkan luka sosial dan memperlemah semangat persaudaraan,” tandasnya.*

Ikuti INSERTRAKYAT.COM
Ikuti INSERTRAKYAT.COM

Dukung Jurnalis Profesional Indonesia. Klik tombol di bawah untuk mengikuti saluran resmi dan bergabung dalam grup WhatsApp.