JAKARTA, INSERTRAKYAT.COM, — Di tengah maraknya gaya hidup mewah (hedonisme), pejabat publik yang kerap menghiasi pemberitaan, nama Sutami, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) era Presiden Soekarno hingga Soeharto, kembali menjadi sorotan. Sabtu, (31/5/2025). Bukan karena kontroversi atau kekayaan fantastis, melainkan karena keteladanannya yang langka: hidup sederhana, menjauhi kemewahan, dan mendedikasikan diri sepenuhnya untuk rakyat.
Sutami menjabat sebagai Menteri PUPR selama 14 tahun, sejak 1964 hingga 1978. Ia bekerja di bawah dua presiden berbeda dan dikenal sebagai salah satu “arsitek pembangunan Indonesia” lewat sederet karya monumental seperti Tol Jagorawi, Jembatan Semanggi, dan Jembatan Ampera di Palembang.
Namun yang membuatnya istimewa bukan hanya prestasi, melainkan sikap hidupnya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Selama menjabat, beliau tidak pernah memanfaatkan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi. Bahkan saat kunjungan ke desa, beliau lebih memilih berjalan kaki berkilo – kilometer agar bisa memahami langsung kondisi masyarakat,” ungkap Hendroranoto, staf ahli Sutami, dikutip dari dalam buku Sutami: Sosok Manusia Pembangunan Indonesia (1991).
Selama menjadi menteri, Sutami tidak memiliki rumah pribadi. Ia baru membeli rumah setelah pensiun tahun 1978, itu pun dengan sistem cicilan. Pernah suatu waktu, listrik rumahnya diputus karena tidak mampu membayar tagihan. Bahkan ketika jatuh sakit akibat penyakit liver, Sutami enggan dirawat di rumah sakit karena khawatir tidak mampu membayar biaya pengobatan.
Presiden Soeharto yang mendengar kabar tersebut langsung memerintahkan agar pengobatan Sutami ditanggung negara. Namun, takdir berkata lain. Pada 13 November 1980, Sutami wafat di usia 52 tahun, meninggalkan kisah yang begitu dalam tentang pengabdian dan kejujuran.
Sosok Sutami menjadi kontras dengan kondisi sebagian pejabat saat ini yang kerap memamerkan gaya hidup hedon. Di era Presiden Prabowo Subianto, ketika Indonesia tengah menapaki jalan menuju Indonesia Emas 2045, semangat pengabdian seperti Sutami seharusnya menjadi cermin. Keberagaman, kerja keras, dan integritas yang ia tunjukkan menjadi contoh bagaimana membangun negeri bukan dari kemewahan, tetapi dari ketulusan dan kesederhanaan.
Penulis : Romi
Editor : Supriadi