“Polres Sinjai dan Upaya Menenun Citra Humanis Polri.
INSERTRAKYAT.COM, Sinjai, — Di balik tajamnya opini publik terkait dengan aparat penegak hukum yang kerap diasosiasikan dengan senjata dan seragam, terselip upaya pelan tapi pasti membangun citra baru, ialah Polri yang tak hanya tegas, tetapi juga peka rasa. Polres Sinjai adalah satu contoh. Lembaga ini tak ingin sekadar dilihat sebagai pelindung, tapi juga sebagai sahabat masyarakat. Melalui patroli malam, kegiatan amal, dan pengaturan lalu lintas pagi, institusi ini perlahan merajut ulang makna kehadiran polisi di tengah masyarakat.
Hampir setiap malam, petugas dari Satuan Samapta Polres Sinjai melintasi jalanan kota yang sudah tertidur. Pusat keramaian, ruang publik, hingga objek vital menjadi titik patroli dalam rangka Kegiatan Rutin yang Ditingkatkan (KRYD).
Namun patroli malam ini tak hanya mengejar kehadiran fisik. Di balik rute dan formasi, terselip pendekatan humanis. Polisi menyapa, mengobrol ringan, dan mengajak warga terlibat aktif menjaga keamanan lingkungannya.
“Kami tidak ingin warga hanya melihat polisi saat ada kejadian,” kata Kasat Samapta AKP Herman, mewakili Kapolres AKBP Harry Azhar. “Kami ingin mereka merasa tenteram karena tahu ada yang berjaga.”
Tradisi Amal: Kepolisian yang Mengulurkan Hati
Senin pagi, halaman Mapolres Sinjai tidak hanya menjadi ruang apel. Di salah satu sudutnya, berdiri sebaris kotak amal, tak mencolok, tapi punya gema sosial yang besar. Tanpa komando dan keharusan, para personel secara rutin menyisihkan rezekinya. Dana yang terkumpul digunakan untuk program Polres Sinjai Peduli: membantu warga miskin, mendukung kegiatan sosial-keagamaan, atau mengobati rasa sunyi mereka yang dilupakan.
“Kami ingin anggota peka, bukan hanya saat bertugas, tapi juga dalam kehidupan sosial,” ucap Kapolres Harry Azhar.
Di balik seragam, ada hati yang berdetak.
Pagi yang Teratur, Jalan yang Aman
Saat matahari belum tinggi, Satuan Lalu Lintas Polres Sinjai sudah bersiaga. Titik-titik strategis seperti sekolah, pasar, hingga perempatan jalan jadi ladang pengabdian yang rutin mereka garap. Bukan hanya mengatur arus, para personel juga membantu anak sekolah menyeberang, menegur pelanggar dengan santun, dan memberikan edukasi langsung tentang keselamatan berkendara.
“Kami ingin keselamatan menjadi budaya, bukan sekadar aturan,” kata Kasat Lantas Iptu Sukri Liwang.
Ketiganya patroli malam, gerakan amal, dan pengaturan lalu lintas adalah simpul dari satu benang merah: membangun institusi Polri yang responsif, humanis, dan dipercaya rakyat. Di tengah sorotan publik yang kadang tajam dan curiga, Polres Sinjai mencoba menunjukkan bahwa perubahan tidak perlu dimulai dari pusat. Ia bisa dimulai dari satu sudut kecil, satu kesatuan polisi di daerah, dengan gerakan yang konsisten.
“Kami hadir bukan hanya sebagai penegak hukum, tapi juga sahabat masyarakat,” ujar Kapolres Harry Azhar dengan nada tenang.
Polres Sinjai tampaknya mengerti satu hal, ialah masyarakat tak membutuhkan polisi yang selalu benar, tapi polisi yang bisa dipercaya. Dan kepercayaan itu ditenun bukan dengan retorika, tapi dengan kerja dan ketulusan.
Sinjai, Tempat Polisi dan Rakyat Saling Menjaga
Di daerah yang tenang ini, polisi belajar untuk tidak hanya melindungi, tapi juga mengayomi. Tak hanya menertibkan, tapi juga memeluk. Dalam satu putaran tugas, mereka menabur rasa aman dan merawat kemanusiaan.
Ketika sebagian publik masih bersikap skeptis terhadap wajah penegakan hukum, Polres Sinjai menawarkan sudut pandang lain, bahwa kekuatan polisi tak hanya pada peluru, tapi juga pada empati. Bahwa senjata mereka bukan hanya tongkat dan borgol, tapi juga sapaan hangat dan pengertian.
Sinjai aman bukan karena senjata. Tapi karena cinta yang dijaga bersama.
(Penulis :Miftahul Jannah).
Sumber:Humas Polres Sinjai
