INSERTRAKYAT.com, Jakarta — Upaya Polri dalam mendukung ketahanan pangan nasional melalui panen raya jagung serentak kuartal II mendapat apresiasi luas dari berbagai pihak, mulai dari legislatif hingga masyarakat adat serta Presiden RI.

Produksi mencapai 2,54 juta ton dari lebih 344 ribu hektare lahan menjadi bukti keberhasilan program ini. Senin, (9/6). Dilihat dalam grafik isu hangat secara global, tampaknya keberhasilan pada program ketahanan pangan nasional melalui panen Raya jagung di Indonesia berhasil menyabet isu dunia atau secara global menjadi perbincangan negara tetangga.

BACA JUGA: 

Polisi Panen Raya di Sinjai, AKBP Harry: Jagung Ketahanan Pangan Nasional

Sebelumnya, Ketua Komisi III DPR RI, Habiburokhman, menyampaikan pujian atas kontribusi Polri dalam membantu program ketahanan pangan nasional. Menurutnya, panen raya jagung yang digelar pada 5 Juni 2025 mencerminkan pengabdian Polri di luar tugas pokok sebagai penegak hukum.

“Saya sangat sependapat dengan Presiden Prabowo bahwa Kapolri adalah patriot sejati yang mengabdi melampaui tugasnya,” ujar Habiburokhman, Jumat (6/6).

BACA JUGA: 

Kapolri Jenderal Polisi Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si. Dijadwalkan Panen Raya Jagung di Sulawesi Selatan

Baca selengkapnya:

 Kapolri Panen Raya Jagung di Bone, Mentan : Dukung Program Ketahanan Pangan Nasional

Hal senada disampaikan Wakil Ketua Komisi III DPR, Rano Alfath, yang menyebut langkah Polri sebagai bentuk kepemimpinan institusional yang visioner. Ia menilai pendekatan Polri melampaui sekadar penegakan hukum, tetapi turut memperkuat ketahanan pangan sebagai pilar kedaulatan negara.

Sementara itu, Anggota Komisi III dari Fraksi Gerindra, Martin Daniel Tumbelaka, menyoroti keterlibatan langsung Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam mendampingi Presiden Prabowo Subianto saat panen raya di Bengkayang. Menurutnya, keterlibatan Polri dalam sektor pertanian adalah langkah strategis dalam menjaga stabilitas sosial dan ekonomi.

BACA JUGA :  Bimtek Menjahit: Sinergi Kemendagri dan Dekranas Dukung Ekonomi Kerakyatan
Presiden Prabowo Subianto menghadiri kegiatan panen raya jagung. (5/6).

Presiden RI Prabowo Subianto yang hadir langsung dalam acara panen raya serentak kuartal II, pada Kamis, (5/6). Presiden Prabowo mengungkapkan rasa bangga terhadap hasil yang dicapai. Ia mengapresiasi kiprah Polri, khususnya dalam membina koperasi petani dan mendorong hilirisasi produk jagung.

“Ini membuktikan bahwa kita tidak hanya mampu swasembada, tapi juga bisa menjadi lumbung pangan dunia,” ujar Presiden Prabowo, dikutip Redaksi Insertrakyat.com dari keterangan resmi Divisi Humas Polri di Jakarta, Senin, (9/6).

Presiden juga menyoroti hasil riset koperasi binaan Polri yang telah mengembangkan produk turunan jagung seperti keripik dan nasi jagung. Ia berharap sinergi antara petani, Polri, dan TNI terus diperkuat demi kesejahteraan petani dan kestabilan harga pangan.

Seorang petani Sukarni (foto/ Ist).

Sukarni (48), petani dari Desa Lembang, Kabupaten Bengkayang, mengaku terbantu dengan keberadaan koperasi yang difasilitasi Polri. Ia menyebut peningkatan hasil panen secara drastis terjadi sejak adanya pendampingan, baik dari Polri maupun akademisi IPB seperti Prof. Ali Zum Mashar.

“Dulu satu tongkol, sekarang bisa dua. Alat, pupuk, dan pengawasan kami dapat dari koperasi dan Polri. Kami merasa dihargai,” kata Sukarni, Minggu (8/6).

Menurut Sukarni, keberadaan koperasi memutus ketergantungan terhadap tengkulak dan memperkuat posisi tawar petani dalam menentukan harga.

Koordinator Wilayah Dewan Adat Dayak (DAD) Kalbar, Ayandi, turut menyampaikan apresiasi atas pembinaan Polri terhadap kelompok tani. Ia menilai pendampingan teknis harus dilanjutkan, termasuk pelatihan pertanian modern dan distribusi alat mesin pertanian (alsintan).

“Produktivitas melonjak dari dua jadi tujuh ton per hektare. Itu hasil nyata dari kolaborasi dan gotong royong yang didorong Polri,” ujarnya.

Koordinator Wilayah Dewan Adat Dayak (DAD) Kalbar, Ayandi. (Foto/Ist).

Ayandi juga meminta agar pelatihan pertanian diperluas ke seluruh wilayah dan berharap peran Polri tetap hadir dalam mendorong kedaulatan pangan di Kalimantan Barat.

Dalam laporan resminya, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyampaikan bahwa panen jagung kuartal II dilakukan di lebih dari 344.524 hektare, dengan hasil mencapai antara 1,78 hingga 2,54 juta ton.

BACA JUGA :  Kodim Abdya Siap Dukung Operasi Patuh Seulawah 2025

“Kami akan terus mendukung program ketahanan pangan nasional. Sinergi dengan masyarakat adalah kunci keberhasilan,” tegasnya.

Polri menyatakan siap memperluas program pertanian terpadu di berbagai daerah sebagai bagian dari tugas pengabdian kepada bangsa.

Kapolri, Mentan, mendampingi Presiden RI pada kegiatan panen raya jagung. (5/6).

Program panen raya jagung kuartal II adalah model kolaboratif yang melibatkan institusi negara, petani, akademisi, dan komunitas adat. Polri membuktikan peran lintas sektoralnya, yang diapresiasi oleh Presiden, DPR, hingga masyarakat, sebagai kekuatan baru dalam menjaga kedaulatan pangan nasional.

Menuju Kemandirian Pangan Nasional 

Panen Raya Jagung Serentak yang digelar di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Bengkayang, Kalimantan Barat, bukan hanya peristiwa simbolik, tetapi menjadi cerminan nyata dari keseriusan pemerintah dalam memperkuat sektor pertanian nasional. Dipimpin langsung oleh Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, dan didampingi oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, kegiatan ini menandai babak baru dalam perjalanan Indonesia menuju kemandirian pangan.

Presiden Prabowo menunjukkan sikap optimistis yang dilandasi oleh data konkret: produksi jagung nasional mengalami peningkatan hampir 50% di kuartal pertama 2025. Di tengah berbagai tantangan global, termasuk krisis pangan yang melanda sejumlah negara, Indonesia justru memperlihatkan ketangguhan dan kemajuan signifikan. Capaian ini dinilai bukan semata keberuntungan, melainkan buah dari kerja keras, kolaborasi lintas sektor, dan komitmen pemerintah yang sungguh-sungguh terhadap ketahanan pangan.

Langkah pemerintah ini mendapat apresiasi luas dari masyarakat. Presiden secara jujur menyampaikan bahwa keberhasilan ini tidak bisa dilepaskan dari sinergi antar lembaga: Kementerian Pertanian, Kepolisian Republik Indonesia, TNI, dan pemerintah daerah. Pendekatan kolektif ini patut dicontoh sebagai model pembangunan yang tidak hanya top-down, tetapi melibatkan semua unsur dalam satu visi besar: menjadikan Indonesia kuat dari sektor pangan.

BACA JUGA :  Ternyata Benar, Polres Bulukumba Ungkap Kasus Curnak, 11 Ekor Sapi Curian Diamankan di Sinjai

Lebih menarik lagi, Presiden menekankan bahwa kemajuan di bidang pertanian bukan hanya soal angka produksi, tetapi juga harga diri dan kemandirian bangsa. Pernyataan bahwa Indonesia berpeluang besar untuk tidak lagi mengimpor jagung pada 2026 menjadi simbol ambisi besar pemerintah. Jika tercapai, ini akan menjadi tonggak sejarah, mengingat selama bertahun-tahun Indonesia masih bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan domestik.

Tidak kalah penting adalah perhatian terhadap kualitas. Penggunaan benih unggul lokal dan pupuk organik menunjukkan bahwa arah pembangunan pertanian tidak hanya kuantitatif, tetapi juga memperhatikan keberlanjutan dan keseimbangan ekosistem. Hal ini mendapat respons positif dari kalangan petani yang merasa lebih dilibatkan dan diberdayakan.

Dari sudut pandang publik, pencapaian ini menciptakan rasa bangga, namun juga harapan: semoga keberhasilan ini bukan bersifat sesaat. Pemerintah perlu memastikan bahwa peningkatan produksi jagung dan beras yang kini tertinggi dalam 50 tahun terakhir tidak berhenti di angka statistik, tetapi diterjemahkan ke dalam kesejahteraan petani dan stabilitas harga di pasar.

Ketika Presiden menyebut Indonesia memiliki potensi menjadi lumbung pangan dunia, itu bukan mimpi kosong. Dengan langkah nyata, sinergi yang kuat, dan kepemimpinan yang berorientasi pada hasil, cita-cita itu bukan mustahil terwujud. Namun publik juga akan terus memantau: apakah komitmen ini dijaga secara konsisten atau hanya menjadi wacana dalam siklus politik.

Pada akhirnya, keberhasilan di bidang pangan adalah keberhasilan bangsa. Dan dalam semangat kolaborasi ini, rakyat menaruh harapan besar bahwa Indonesia bisa berdiri tegak, mandiri, dan bahkan memberi kontribusi nyata bagi dunia yang tengah berjuang menghadapi tantangan pangan global.


Berkontribusi dalam artikel ini adalah Erwin, Miftahul Jannah dan Junaedi. Editor: Supriadi Buraerah