BENGKULU, INSERTRAKYAT.com – Akses ke Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) Batu Ampar, Kecamatan Kedurang, Kabupaten Bengkulu Selatan, masih menjadi kendala serius bagi penduduk maupun pengunjung. Kamis, (11/9/2025).
Jalan menuju kawasan itu berupa tanah, bebatuan, kerikil, dan mudah berlumpur saat hujan. Kondisi jalan berkelok dengan tanjakan dan turunan curam membuat kendaraan biasa sulit melintas, bahkan menuntut mobil double gardan.
Triyono, transmigran asal Desa Kepel, Madiun, mengakui awalnya merasa kaget dengan kondisi jalan yang ekstrem. Meski demikian, ia tetap bertahan dan mengelola kebun kopi, kelapa sawit, sayuran, dan cabai. Hasil panennya dijual ke pengepul di Suka Rame, sementara ia menggunakan sepeda motor khusus menanjak untuk mobilitas sehari-hari.
Puluhan transmigran dan keluarganya menyambut kedatangan Wakil Menteri Transmigrasi Viva Yoga Mauladi di Balai Pertemuan Batu Ampar, 10 September 2025. Kunjungan itu turut dihadiri Bupati Bengkulu Selatan Rifai Tajudin, Pj Sekda Provinsi Bengkulu Herwan Antoni, Forkompida, serta sejumlah dinas terkait.
Dalam kesempatan itu, Viva Yoga menegaskan tujuan transmigrasi adalah memindahkan penduduk dari daerah padat ke kawasan longgar, sekaligus memperkuat persatuan bangsa. “Dengan adanya penduduk di kawasan sepi, wilayah tanah air kita terjaga. Transmigran dari Nganjuk, Semarang, Purwakarta, Kuningan, dan Madiun berbaur dan bersatu di sini,” ujarnya.
Transmigrasi di Bengkulu Selatan dimulai sejak 1979. Kawasan itu berkembang menjadi desa dan kecamatan definitif serta sentra pertanian. Saat ini UPT Batu Ampar dihuni 33 kepala keluarga dan masih dalam pembinaan. Lahan yang diberikan sedang dalam proses sertifikasi SHM. Dari 77 bidang lahan, 22 masih dalam proses penyelesaian. “Kita tuntaskan tahun ini. Jika ada yang belum mendapat sertifikat, segera lapor ke Kementerian Transmigrasi,” tegas Viva Yoga.
Viva Yoga juga mengungkapkan bantuan APBN TA 2025 sebesar Rp4,5 miliar telah dialokasikan untuk renovasi sekolah, pengadaan toilet dan air bersih, serta pembangunan jalan penghubung desa sepanjang 2 km. Bantuan ini diharapkan bisa menyelesaikan masalah akses jalan yang selama ini seperti jalur off road.
Masalah listrik juga menjadi perhatian. Awalnya rumah transmigran dilengkapi panel surya, namun sebagian tidak berfungsi sehingga saat ini UPT Batu Ampar belum dialiri listrik. Menanggapi hal ini, Viva Yoga menyatakan telah berkoordinasi dengan Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung melalui program Listrik Masuk Desa. Data 55 desa transmigran yang belum dialiri listrik telah didaftarkan, dan akan diperbarui bila ada desa baru.
“Jadi masalah di Batu Ampar tidak hanya listrik, tapi juga jalan, status tanah, air bersih, dan kebutuhan lain akan segera dituntaskan,” ujar mantan anggota Komisi IV DPR itu.
Meski janji pemerintah jelas, kondisi eksisting menunjukkan kebutuhan mendesak masih menunggu realisasi. Akses jalan ekstrem, listrik terbatas, dan sertifikasi lahan yang belum tuntas. Kondisi itu menegaskan bahwa pembangunan transmigrasi di Batu Ampar masih menghadapi tantangan serius. Masyarakat dan transmigran menanti tindak lanjut, bukan janji.
(Laporan: Arif |Editor: Bahtiar).