JAKARTA, INSERTRAKYAT.com,–Kabupaten Konawe Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tenggara menyimpan potensi wisata luar biasa.

Di sana Keindahan bahari, gugusan pulau kecil, hingga ekosistem laut yang masih alami menjadikan daerah ini kandidat kuat sebagai destinasi wisata unggulan di wilayah timur Indonesia.

Namun, di balik potensi tersebut, daerah ini masih dihadapkan pada tantangan besar: keterbatasan infrastruktur jalan dan transportasi.

Dalam kajian terbaru yang dilakukan pada tahun 2025, para peneliti menggarisbawahi bahwa sektor pariwisata tidak hanya berperan dalam mendongkrak ekonomi daerah, tetapi juga memperkuat identitas budaya dan menjaga kelestarian lingkungan. Namun, tanpa dukungan infrastruktur yang memadai, cita-cita tersebut akan sulit tercapai.

Potensi Wisata Besar, Aksesibilitas Masih Rendah Secara geografis.

Kabupaten Konawe Kepulauan terletak sekitar 35 kilometer dari Kota Kendari dan hanya dapat diakses melalui transportasi laut. Terdiri atas 7 kecamatan dengan 89 desa dan 7 kelurahan, wilayah ini kaya akan destinasi wisata mulai dari pantai eksotis, air terjun, danau, hingga goa alam.

Beberapa destinasi unggulan antara lain Pantai Kampa, Sungai Mosolo, Air Terjun Tumbrano, dan Goa Miuliano. Sayangnya, akses menuju lokasi-lokasi ini masih menjadi kendala utama.

BACA JUGA :  Delegasi IMLF Dari 21 Negara Bakal Hadiri Panggung Baca Puisi Dunia IMLF-3di Jam Gadang

Padahal, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, dari total 329,93 kilometer jalan di daerah ini, hanya 47,68 km yang dalam kondisi sedang, sementara sisanya masuk kategori rusak dan rusak berat.

Kondisi jalan tanah dan kerikil yang rusak saat musim hujan, serta belum terhubungnya transportasi darat dan laut secara maksimal, menyebabkan mobilitas wisatawan terhambat.

Bahkan, beberapa destinasi hanya bisa diakses menggunakan sepeda motor, menjadikan pengalaman perjalanan kurang nyaman dan mahal secara logistik.

Minimnya Transportasi dan Fasilitas Dasar.

Tak hanya jalan, roda transportasi umum pun menjadi persoalan tersendiri. Frekuensi kapal laut masih terbatas, sementara di dalam pulau belum tersedia jaringan transportasi darat yang memadai.

Ini tidak hanya berdampak pada sektor pariwisata, akan tetapi juga sangat memengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat lokal.

Lebih jelasnya, kesulitan transportasi ini memengaruhi biaya logistik, akses ke layanan dasar, hingga pengembangan usaha lokal seperti homestay, kuliner, dan jasa wisata. [Hasil penelitian].

BACA JUGA :  PMII Demo : Desak Transparansi Retribusi Wisata dan Parkir, Ketua DPRD Polman Tindaklanjuti

Selain itu, fasilitas penunjang seperti sanitasi, listrik, air bersih, dan jaringan telekomunikasi juga masih sangat terbatas, memperburuk daya saing Konawe Kepulauan di mata wisatawan domestik maupun mancanegara.

Perlu Strategi Infrastruktur Berkelanjutan

Dalam kajian yang menggabungkan metode analisis kualitatif dan SWOT, peneliti menawarkan strategi konkret untuk pengembangan infrastruktur pariwisata berkelanjutan.

Strategi unggulan adalah pendekatan S-O (Strengths–Opportunities), yang meliputi;

Pengembangan ekowisata berbasis komunitas, dengan memanfaatkan keindahan alam dan budaya lokal.
Menjalin kemitraan strategis antara pemerintah, swasta, dan LSM untuk membangun infrastruktur dasar dan melakukan promosi digital.

Menjadikan budaya lokal sebagai daya tarik utama, melalui branding destinasi di media sosial dan platform daring.

Lebih jauh, penting juga untuk menyusun roadmap pembangunan infrastruktur yang berorientasi pada keberlanjutan lingkungan, pelibatan masyarakat lokal, serta diversifikasi sumber pendanaan.

Keterlibatan Masyarakat Jadi Kunci
Berdasarkan pengalaman daerah lain seperti Pulau Pari dan Pulau Tidung, pengembangan pariwisata tanpa kontrol dapat berdampak buruk pada ekosistem.

BACA JUGA :  Inilah Surga Gunung Gede, Air Terjun, Telaga Biru dan Dinding Batu Berlumut Merah

Oleh karena itu, partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga kelestarian alam, pengelolaan homestay, hingga jasa wisata dinilai sangat penting.

Dalam konteks Konawe Kepulauan, pendekatan community-based tourism menjadi jalan tengah untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan.

Momentum yang Tak Boleh Hilang

Kabupaten Konawe Kepulauan berada di titik krusial. Potensi wisata yang besar harus segera diimbangi dengan pembangunan infrastruktur yang tepat sasaran, berkelanjutan, dan inklusif.

Tanpa itu, risiko keterisolasian destinasi, kerusakan ekosistem, dan minimnya kunjungan wisatawan akan terus membayangi.

Pemerintah daerah, pusat, dan seluruh pemangku kepentingan harus melihat infrastruktur bukan hanya sebagai alat pembangunan, tetapi sebagai fondasi strategis dalam menciptakan destinasi wisata berkelas dunia dari jantung Sulawesi Tenggara.

Berkontribusi dalam penulisan artikel ini adalah Ir. La Ode Muhammad Ichwan Sjahrawy, S.T., M.T.,Pengawas Jaringan Utilitas Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Konawe Kepulauan. Indonesia Timur, 6 September 2025.


BACA JUGA: Pergerakan Wisatawan Terus Tumbuh, Ini Angka Capaian Dicatat Kemenpar

TERBARU

PILIHAN