InsertRakyat.com, Banda Aceh – Forum Bangun Investasi Aceh (FORBINA) mendesak Presiden Republik Indonesia untuk mengambil langkah strategis dalam mengembalikan kejayaan Sabang sebagai simpul perdagangan internasional. Desakan itu disampaikan langsung oleh Direktur FORBINA, Muhammad Nur, SH, dalam pernyataan resmi yang menyoroti belum optimalnya pemanfaatan Sabang sebagai gerbang ekonomi global.
Menurut Nur, posisi geografis Sabang yang berada di jalur strategis Selat Malaka, ini jalur perniagaan tersibuk di dunia dengan lebih dari 96.000 kapal melintas setiap tahun, namun belum dimanfaatkan maksimal. Padahal, kata dia, keberadaan pelabuhan internasional di Sabang seharusnya menjadi potensi besar bagi perdagangan ekspor-impor dan pariwisata Aceh.
“Sabang bisa menjadi pintu masuk devisa yang besar, tapi sampai hari ini belum terlihat upaya serius dari pusat untuk menggarap potensi tersebut,” tegas Nur dikutip keterangannya yang diterima Insertrakyat.com, Minggu, (13/4/2025), sore.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Aceh dikenal memiliki komoditas unggulan seperti kopi Gayo, kelapa sawit, kakao, cengkeh, serta hasil laut seperti tuna, lobster, dan udang. Menurut FORBINA, dengan dukungan infrastruktur perdagangan yang memadai, komoditas ini dapat menembus pasar global dan memperkuat ekonomi daerah.
Di sisi lain, Gubernur Aceh Muzakir Manaf (Mualem) juga menyatakan komitmennya untuk mendorong investasi sektor kesehatan. Ia menyebut telah menjalin komunikasi dengan investor Malaysia, dr. Fetrik, guna membangun rumah sakit bertaraf internasional yang dapat melayani kru kapal dan wisatawan asing.
“Investasi di sektor kesehatan ini bagian dari rencana besar menjadikan Aceh mandiri dan kompetitif,” ujar Mualem dalam beberapa kesempatan pekan lalu.
Namun di tengah dorongan itu, FORBINA menyayangkan kebijakan pemerintah pusat yang memangkas anggaran Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS) hingga 62 persen. Pemangkasan tersebut dinilai menghambat upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengurangi daya tarik investasi di Sabang.
“Langkah pemotongan anggaran ini justru bertolak belakang dengan semangat pemerataan pembangunan. Kami mendesak pemerintah pusat segera mengevaluasi kebijakan tersebut,” beber Nur.
FORBINA menegaskan bahwa Sabang memerlukan perhatian khusus, dan komitmen pemerintah, berupa regulasi dan anggaran yang berpihak pada penguatan ekonomi wilayah barat Indonesia itu.
“Sudah saatnya Sabang kembali menjadi kebanggaan nasional dalam perdagangan global. Kami menunggu langkah konkret Presiden,” tutup Nur.
Penulis : Rifqi
Editor : Bahtiar