Insertrakyat.com, Jakarta — Nilai tukar rupiah kembali tertekan di pasar global. Imbasnya, rupiah spot melemah 0,44 persen di level Rp16.750 per dolar AS. Angka ini menjadikan rupiah sebagai mata uang terlemah kedua di Asia.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan pihaknya tak tinggal diam menghadapi gejolak ini. Ia menyatakan BI berkomitmen menjaga stabilitas rupiah dengan memanfaatkan seluruh instrumen yang tersedia.
Perry menjelaskan intervensi dilakukan melalui transaksi spot, instrumen Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder. “Seluruh instrumen digunakan secara berani untuk memperkuat posisi rupiah,” kata Perry dalam keterangan resmi, Jumat (26/9/2025).
Selain di pasar domestik, BI juga melakukan langkah pengendalian di luar negeri. Perry menyebut intervensi Non-Deliverable Forward (NDF) dilaksanakan secara berkelanjutan di Asia, Eropa, dan Amerika.
Ia optimistis strategi ini mampu meredam tekanan dan menstabilkan nilai rupiah. Perry turut mengimbau pelaku pasar agar menjaga iklim keuangan yang lebih sehat.
Pelemahan rupiah menimbulkan kekhawatiran pasar, terutama karena tren depresiasi ini berlangsung dalam lima bulan terakhir. Beberapa analis menilai pelemahan dipicu faktor eksternal seperti penguatan dolar AS dan dinamika suku bunga global.
Meski demikian, BI memastikan ketersediaan instrumen intervensi memadai untuk melindungi stabilitas moneter. Fokus utama diarahkan pada ketahanan domestik agar dampak pelemahan rupiah tidak menjalar ke sektor riil.
Situasi ini menambah sorotan terhadap kebijakan moneter Indonesia, khususnya dalam menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan stabilitas keuangan. Pasar kini menunggu efektivitas langkah BI dalam menahan laju pelemahan rupiah. *