MAKASSAR, IRC, — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sinjai tampil percaya diri pada kegiatan Rapat Koordinasi (Rakor) Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) se-Sulawesi Selatan yang digelar di Kantor Gubernur Sulsel. Kamis (8/5) kemarin.
Wakil Bupati (Wabup) Sinjai, Andi Mahyanto, menyampaikan bahwa dengan kerja cerdas dan kolaboratif, Sinjai mampu mengatasi persoalan stunting.
“Posyandu akan menjadi ujung tombak. Pemantauan tumbuh kembang anak harus dilakukan secara masif, dan distribusi makanan tambahan balita wajib tepat sasaran,” ujar Wabub Sinjai jebolan Retret Merah Putih.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sebelumnya, dari pantauan Tim Insertrakyay.com Nuraeni di lokasi kegiatan, Rakor ini mempertemukan seluruh wakil kepala daerah se-Sulsel untuk satu tujuan utama, yakni menurunkan angka stunting hingga zero atau minimal satu digit.
Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 mencatat penurunan prevalensi stunting di Sulsel dari 27,4% menjadi 23,3%. Namun, Wakil Gubernur Sulsel, Fatmawati Rusdi, menegaskan bahwa upaya tersebut belum usai.
“Angka itu masih harus ditekan” tegasnya.
Stunting menurut Wagub Sulsel, tidak bisa hanya mengandalkan Dinas Kesehatan. Namun harus dilakukan melalui kerja kolektif dari 14 lembaga termasuk BKKBN, BPOM, Kemenag, hingga PKK.
Fatmawati yang juga menjabat sebagai Ketua TPPS Sulsel, ini mengapresiasi capaian Kabupaten Takalar yang berhasil menurunkan angka stunting secara signifikan
Dirinya juga mendorong daerah Jeneponto, Enrekang, dan Tana Toraja serta daerah lainnya, untuk mempercepat langkah intervensi Stunting. “Kuncinya adalah kolaborasi dan strategi berbasis data,” imbuhnya.
Di tingkat nasional, strategi baru mulai diuji. Dalam Forum Diskusi Aktual yang digelar Kemendagri pada 11 Maret 2025, teknologi Wastewater-Based Epidemiology (WBE) diperkenalkan sebagai pendekatan ilmiah terbaru dalam memetakan potensi stunting melalui pemantauan air limbah.
Dalam keterangannya (BSKDN -Red), melalui sambungan daring kepada Insertrakyat.com. Kepala BSKDN Kemendagri, Dr. Yusharto Huntoyungo, menyebutkan bahwa sanitasi buruk dan paparan patogen merupakan akar masalah pemicu Stunting, yang belum ditangani secara sistematis. “WBE bisa menjadi game-changer. Kita bisa mendeteksi paparan penyebab malnutrisi lebih dini, sebelum terlambat,” jelasnya.
Dukungan turut diberikan oleh Pemerintah Jepang melalui JICA dan Kementerian Infrastruktur Jepang. Direktur Internasional Jepang, Ms. Kohigashi Kana, yang hadir pada suatu pertemuan di Kemendagri, (11/3/2025), menegaskan komitmen negaranya dalam membantu peningkatan sanitasi dan kesehatan masyarakat Indonesia. Menurutnya Jepang telah berkontribusi sejak 2021.
Teknologi WBE bertujuan untuk penanganan stunting, dan mampu mendeteksi dan mengendalikan resistansi antimikroba (AMR). Isu kesehatan global yang pada 2019 menyebabkan 4,95 juta kematian. Indonesia saat ini berada di posisi kelima se-Asia Tenggara dalam jumlah kematian akibat AMR.
Jika daerah seperti Sinjai, Sulsel mampu mengintegrasikan pendekatan sains ini dengan penguatan di lapangan, maka target satu digit stunting bisa lebih cepat tercapai.
Wabup Mahyanto hadir dalam rakor bersama Ketua TP PKK Sinjai Rozalina Andi Mahyanto, Kadis Kesehatan dr. Emmy Kartahara Malik, Kadis P3AP2KB Janwar, serta Kepala Bappeda Haerani. Tim ini telah menyusun peta jalan konkret dengan fokus pada penguatan Posyandu, edukasi ibu hamil, hingga integrasi data antar dinas.
“Sinjai, bergerak dengan sumber daya yang ada. Kami ingin anak-anak Sinjai tumbuh sehat, cerdas, dan bebas dari stunting,” tegas Andi Mahyanto.
(Sup/Nur).