DUMAI, INSERTRAKYAT.COM – Sekolah adalah tempat mencerdaskan anak bangsa. Selasa, (19/8/2025). Karena itu, seorang guru dituntut profesional, menjaga etika, dan mampu berkomunikasi dengan baik terhadap semua pihak. Namun, lain halnya dengan peristiwa yang terjadi di SMPN 4 Dumai, di Kota Dumai, Provinsi Riau.
Polemik itu bermula pada Rabu, 13 Agustus 2025. Saat itu, murid kelas IX mengikuti pelajaran PJOK dengan durasi dua jam atau sekitar 90 menit.
Seorang murid berinisial X, yang didampingi keluarganya, menceritakan kepada wartawan kronologi kejadian. Menurut X, salah satu rekannya, HF, ikut bermain sepak bola meski tidak memakai pakaian olahraga. Padahal guru PJOK sudah mengingatkan agar yang tidak berpakaian olahraga tidak ikut bermain.
Guru juga mengingatkan agar siswa tidak menendang bola terlalu keras karena di sekitar lapangan terdapat mobil guru. Namun, pada saat permainan berlangsung, bola yang ditendang keras tanpa sengaja mengenai mobil milik guru IPS berinisial RN, hingga mematahkan kaca spion.
X menegaskan bahwa kejadian tersebut masih berlangsung pada jam pelajaran olahraga. “Baru masuk jam pertama, karena olahraga waktunya dua jam, Bu,” ujarnya.
Murid itu juga menjelaskan lokasi lapangan. Menurutnya, parkiran mobil guru memang berseberangan dengan lapangan olahraga, hanya dipisahkan parit. “Lapangan kami di semen, parkiran guru tanah biasa, di depan perpustakaan,” kata dia.
Keesokan harinya, Kamis, 14 Agustus 2025, X dan teman-temannya dipanggil ke ruang BK untuk bertemu guru RN. Di sana, RN meminta pertanggungjawaban. Ia menjelaskan mobil tersebut peninggalan almarhum suaminya, dan kaca spion yang rusak baru diganti dengan biaya Rp1,7 juta.
“RN mengatakan tidak memaksa, tapi ingin murid belajar tanggung jawab,” tutur X. Murid HF yang dianggap bertanggung jawab akhirnya menyanggupi mengganti bersama teman-teman dengan iuran Rp100 ribu per orang. RN memberi tenggat sampai akhir Agustus.
Namun, menurut X, belakangan wakil kesiswaan menyampaikan bahwa masalah itu tidak dilanjutkan. Alasannya, karena wartawan sudah datang menanyakan persoalan tersebut.
Wartawan Insertrakyat.com kemudian berusaha mengonfirmasi langsung kepada RN di SMPN 4 Dumai agar berita berimbang. Tetapi, RN justru merespons dengan nada tinggi. Ia diduga kesal karena masalah ganti rugi tidak terealisasi.
Kepada wartawan, RN tetap menegaskan bahwa ia menyerahkan sepenuhnya pada murid. “Saya tidak menentukan nilainya, terserah murid. Kalau saya sebut Rp100 ribu per orang, kekurangannya saya yang tanggung. Saya juga tidak tentukan kapan harus bayar,” ujarnya.
Namun ketika ditanya lebih lanjut apakah ia akan menerima uang jika murid benar-benar membayar, RN menjawab dengan nada keras. “Kalau dibayar anak, akan saya ambil. Kalau tidak dibayar pun, saya tidak minta. Tapi anak-anak harus belajar bertanggung jawab,” tandasnya.
(S.N.- Insertrakyat.com).