Iklan Otomatis Google AdSense 160x600

BANDA ACEH, INSERTRAKYAT.com — Peluang ekonomi Aceh kembali terbuka lebar. Pemerintah Bangladesh, melalui Duta Besarnya untuk Indonesia, Tarikul Islam, menyatakan ketertarikan menjalin kerja sama strategis dengan Pemerintah Aceh. Fokus utama: industri, agrikultur, dan perdagangan hasil alam. Pernyataan ini disampaikan saat pertemuan resmi di Kantor Gubernur Aceh, Jumat (24/10), bersama Sekretaris Daerah Aceh, M. Nasir, dan jajaran pejabat terkait.

Sekda M. Nasir menyambut positif rencana tersebut. Menurutnya, Aceh siap membuka kerja sama konkret, dimulai dari sektor manufaktur dan pertanian. Tahap awal, kata Nasir, adalah penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) yang menjadi fondasi penguatan ekonomi Aceh.

“Kita mulai dari hal produktif seperti pertanian, peternakan, dan sayur mayur. Ini peluang yang menguntungkan dan dibutuhkan saat ini, termasuk untuk kebutuhan Makan Bergizi Gratis (MBG),” ujar Nasir tegas.

Aceh, tambah Sekda, memiliki potensi ekspor besar, terutama kopi dan ikan laut. “Budaya kita punya banyak kesamaan dengan Bangladesh. Kerja sama ini realistis untuk dikembangkan, termasuk ekspor kopi dan ikan laut. Jika berjalan baik, kita juga bisa membahas energi dan batu bara,” tegasnya.

BACA JUGA :  Wagub Fadhlullah: Korban Konflik Aceh Masih Menanti Janji Negara

Dubes Bangladesh, Tarikul Islam, menegaskan negaranya siap menjajaki kerja sama agrikultur dan industri garmen. Menurutnya, Bangladesh memiliki pengalaman panjang sebagai salah satu produsen garmen terbesar dunia.

“Aceh punya potensi besar di industri dan pertanian. Kami siap berbagi teknologi industri garmen dan membuka peluang investasi,” katanya.

Di bidang pertanian, Bangladesh telah menguasai teknologi modern produksi beras dan komoditas perkebunan. Dubes Tarikul berharap dapat mengirim tenaga ahli dan membuka pelatihan pertanian di Aceh, termasuk pengolahan hasil bumi dan ketahanan pangan.

“Kami siap menjalin kerja sama pelatihan, riset, dan pertukaran tenaga ahli agar sektor pertanian Aceh semakin berkembang,” katanya.

Selain itu, Bangladesh tertarik mengimpor produk unggulan Aceh, seperti kopi Gayo, rempah-rempah, minyak goreng, dan hasil laut. Pihaknya juga berencana membawa investor untuk menanam modal di sektor agrikultur dan pengolahan hasil alam.

“Kami ingin mengembangkan perkebunan rempah dan pengolahan bumbu masak di Aceh,” ujar Dubes Tarikul.

Energi juga menjadi fokus. Bangladesh selama ini mengimpor energi dari Timur Tengah dengan biaya tinggi. Dengan Aceh yang lebih dekat, ekspor energi dan produk minyak bumi dipandang efisien dan saling menguntungkan.

BACA JUGA :  Pemprov Aceh dan Forkopimda Sepakat Tertibkan Tambang Ilegal, Tiga Kabupaten Prioritas

Pertemuan itu juga menyinggung pembentukan kawasan industri terintegrasi di Aceh. Konsep ini akan menggabungkan sektor garmen, pertanian, dan pengolahan hasil alam.

“Bangladesh memiliki pengalaman mengembangkan kawasan industri efisien. Kami ingin berbagi konsep agar Aceh menjadi pusat produksi dan ekspor di wilayah barat Indonesia,” tegas Dubes.

Hadir dalam pertemuan Kanselor Administrasi Kedutaan Besar Bangladesh, Habiburokhman, Kepala DPMPTSP Aceh, Marwan Nusuf, dan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh, Adi Darma. Kedua pihak sepakat menindaklanjuti dengan kunjungan teknis dan penyusunan draf MoU.

BACA JUGA :  Ihwal Presiden - Kemendagri : Wabub Aceh Sukses Pimpin GPM di Kota Banda Aceh

Aceh kini membuka pintu lebar bagi investasi dan kerja sama internasional. Kesempatan ini diproyeksikan mengerek sektor industri dan pertanian sekaligus memperkuat posisi Aceh sebagai lumbung ekspor di kawasan barat Indonesia atau Tanah Rencong.

Penulis : Rifqi

Ketua FPRN Aceh Timur, Mhd Iqbal

Ikuti INSERTRAKYAT.COM
Ikuti INSERTRAKYAT.COM

Dukung Jurnalis Profesional Indonesia. Klik tombol di bawah untuk mengikuti saluran resmi dan bergabung dalam grup WhatsApp.