Makassar, Insertrakyat.com —
Kementerian Keuangan RI melalui Kantor Wilayah Sulawesi Selatan baru saja mengungkap pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) secara hati-hati dan strategis, di GKN Makasar, Senin baru – baru ini.
Kinerja APBN Sulsel per 31 Mei menunjukkan sinyal optimisme dalam menghadapi ketidakpastian global. Fondasi fiskal tetap kuat meski dihadapkan pada tantangan penerimaan dan perlambatan ekspor-impor. Dukungan terhadap sektor prioritas, masyarakat desa, dan UMKM tetap menjadi fokus utama dalam menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi
Ekonomi Sulsel tetap kokoh dengan pertumbuhan triwulan I 2025 sebesar 5,78% (yoy), tertinggi sejak awal 2022. Angka ini melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,87%. Meski terjadi kontraksi 4,12% secara q-to-q, kondisi ini masih lebih baik dibandingkan triwulan I 2024.
“Pertumbuhan ini menandakan daya tahan ekonomi Sulsel di tengah tekanan global,” kata Kepala Kanwil DJPb Sulsel, Supendi, dikutip Insertrakyat.com melalui keterangan resminya, Senin, (1/7/2025).
Inflasi Terkendali, Nilai Tukar Petani Menguat
Inflasi Sulsel per Mei 2025 tercatat turun menjadi 2,04% (yoy), dipengaruhi oleh penurunan harga emas, ikan bandeng, dan minyak goreng.
Sementara itu, Nilai Tukar Petani (NTP) naik 0,74% menjadi 122,54%. Kenaikan terbesar terjadi di subsektor tanaman perkebunan rakyat yang mencapai 3,10%.
Ekspor Kakao Meroket, Neraca Dagang Tetap Surplus
Neraca perdagangan Sulsel tetap positif meskipun terjadi perlambatan ekspor-impor. Ekspor kakao mencatat lonjakan signifikan 219,6% (yoy), sementara ekspor mate nikel justru melemah 14%. Total ekspor senilai 175,01 juta USD, dan impor sebesar 61,44 juta USD.
Djaka Kusmartata, Kepala Kanwil DJBC Sulbagsel menyebut, “Kakao dan kernel kelapa sawit kini menjadi penyokong utama devisa dari Sulsel.”
Penerimaan Negara: Tantangan dan Terobosan
Realisasi penerimaan pajak hingga 31 Mei 2025 mencapai Rp3,61 triliun atau 27,26% dari target tahunan. Namun, terdapat penurunan 9,64% (yoy) akibat kebijakan tarif PPh TER dan penyesuaian administrasi.
Adapun penerimaan dari Bea Cukai sebesar Rp132,90 miliar atau 37,81% dari target. Bea Keluar tumbuh signifikan 186,49% (yoy), terutama dari ekspor kernel sawit dan kakao. Cukai juga tumbuh 12,96%, sementara Bea Masuk tertekan akibat minimnya impor beras dan gula.
Program Sinergi Pajak: Tambah Penerimaan Rp200 Miliar
DJP, DJBC, DJA, dan Sesditjen menjalankan Joint Program menyasar 63 wajib pajak dengan potensi tambahan penerimaan Rp229,6 miliar, di mana Rp10,4 miliar telah diterima per 27 Mei 2025.
Kepala Kanwil DJP Sulselbartra, YFR Hermiyana menyebut, “Kami terus memperkuat sinergi lintas sektor untuk menutup celah penerimaan negara.”
PNBP dan Lelang Tumbuh Signifikan
Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari pengelolaan barang milik negara (BMN) mencapai Rp20,96 miliar atau 55,45% dari target. Sementara itu, realisasi lelang mencapai Rp14,6 miliar, dan nilai pokok lelang menembus Rp468 miliar.
Penilaian dan pemanfaatan aset juga diperkuat dalam program penertiban aset negara. Crash Program Keringanan Utang berhasil memulihkan Rp566 juta dari outstanding piutang Rp220,2 miliar.
Belanja Negara Fokus ke Prioritas Nasional
Belanja Pemerintah Pusat di Sulsel hingga Mei 2025 mencapai Rp6,42 triliun (30,7% dari pagu). Anggaran diarahkan untuk mendukung Inpres 1/2025 dan efisiensi program prioritas nasional.
Sedangkan belanja Transfer ke Daerah (TKD) terealisasi Rp12,71 triliun (38,7% dari pagu). Dana Alokasi Umum (DAU) mendominasi sebesar Rp9,45 triliun, disusul DAK Non-Fisik Rp1,86 triliun dan Dana Desa Rp1,04 triliun.
Pendapatan Daerah Masih Bergantung pada TKD
Total pendapatan daerah Sulsel sebesar Rp16,6 triliun atau 35% dari target, di mana TKD memberi kontribusi terbesar (Rp12,71 triliun). Pendapatan Asli Daerah (PAD) baru mencapai Rp3,58 triliun, menandakan masih perlunya peningkatan kemandirian fiskal Pemda.
Penyaluran KUR dan UMi Menurun
Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) mencapai Rp6,58 triliun kepada 116.919 debitur, menurun 8,29% (yoy). BRI menjadi penyalur terbesar dengan Rp5,3 triliun. Sementara itu, penyaluran Ultra Mikro (UMi) mencapai Rp48,32 miliar, turun tajam 62,07% (yoy), dengan mayoritas disalurkan oleh PNM.
Program Makan Bergizi Gratis Sudah Jangkau 121 Ribu Penerima
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) telah disalurkan ke 121.822 penerima dengan anggaran Rp110 miliar, menjangkau 576 sekolah dan lebih dari 120 ribu siswa serta ratusan ibu hamil dan balita.
Serapan Beras Bulog Capai 483 Ribu Ton
Program Operator Investasi Pemerintah (OIP) Bulog menargetkan serapan gabah dan beras 766 ribu ton semester I. Hingga Mei 2025, telah terserap 483.380 ton gabah dan 46.310 ton beras, dengan Sidrap dan Parepare sebagai daerah penyerap tertinggi.
Koperasi Merah Putih Jadi Andalan Ekonomi Desa
Program Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) ditargetkan membentuk 70 ribu koperasi nasional. Di Sulsel terdapat 4.977 koperasi aktif, dengan 441.238 anggota. KDMP diarahkan menjadi penyangga MBG dan penggerak ekonomi pedesaan.
BUMDes Hampir Merata
Dari total 2.266 desa di Sulsel, telah terbentuk 2.253 BUMDes. Hanya 13 desa yang belum memiliki BUMDes, sebagian besar berada di Kabupaten Takalar.
Subsidi Pupuk dan KUR Capai Ratusan Miliar
Subsidi KUR Sulsel hingga 20 Juni 2025 diperkirakan mencapai Rp589,52 miliar untuk 116.919 debitur, dengan penyaluran tertinggi di Bone. Sementara subsidi pupuk oleh 25 Pemda mencapai Rp468 miliar untuk 420.352 debitur.
Sinergi untuk Fondasi Ekonomi
Konferensi pers ini menghadirkan empat narasumber utama yakni Kepala Kanwil DJP Sulselbartra YFR Hermiyana, Kepala Kanwil DJBC Sulbagsel Djaka Kusmartata, Kepala Kanwil DJPb Sulsel Supendi, serta Kepala Kanwil DJKN Sulseltrabar Wibawa Pram Sihombing.
Diskusi dipandu oleh Heru Cahyono dari BDK Makassar.
Reporter: Isma
Editor: Bahtiar