BANDA ACEH, INSERTRAKYAT.COM – Forum Bangun Investasi Aceh (FORBINA) menyoroti kebijakan rotasi jabatan yang kembali dilakukan Kepala Badan Pengelolaan Migas Aceh (BPMA), Nasri.

Rotasi tersebut dinilai terlalu cepat, sebab baru empat bulan sebelumnya langkah serupa sudah dijalankan. Kondisi ini dikhawatirkan menimbulkan ketidakstabilan dan berdampak pada kinerja lembaga.

Direktur FORBINA, Muhammad Nur, SH., menyebut pihaknya menerima sejumlah laporan terkait disharmoni internal BPMA. Ia menilai rotasi jabatan tersebut tidak sepenuhnya berdasar kebutuhan organisasi.

“Kebijakan rotasi ini mengindikasikan adanya ketidak-harmonisan di tubuh BPMA. Kami juga menerima laporan adanya intervensi pihak luar yang memengaruhi arah kebijakan lembaga,” kata Muhammad Nur, dikutip (22/8).

FORBINA mendesak Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kepemimpinan Kepala BPMA. Menurutnya, lembaga strategis ini harus berjalan secara profesional, transparan, dan terbebas dari kepentingan politik sempit.

“BPMA adalah lembaga strategis untuk masa depan Aceh. Jangan sampai kebijakan yang tidak konsisten merugikan kepentingan daerah dan masyarakat,” tegasnya.

FORBINA menilai ketidakstabilan dalam tubuh BPMA dapat memberi dampak serius pada iklim investasi migas di Aceh. Investor, kata Muhammad Nur, membutuhkan kepastian dan profesionalitas, bukan perubahan kebijakan yang kerap dipengaruhi intervensi.

Jika situasi ini berlanjut, potensi besar migas Aceh dikhawatirkan tidak memberi manfaat maksimal bagi masyarakat.

FORBINA juga mengingatkan BPMA agar kembali pada tujuan awal pembentukannya, yakni sebagai lembaga pengelola migas yang menjunjung tinggi kepentingan daerah.

“ FORBINA akan terus memantau perkembangan ini. Jika pemerintah pusat tidak merespons, kami tidak segan mengambil langkah lebih lanjut,” pungkas Muhammad Nur. (Rifqi).