INSERTRAKYAT.COM, Lampung Selatan – Semangat warga binaan Lapas Kelas IIA Kalianda kini bertransformasi menjadi kekuatan produktif. Kini, mereka punya keterampilan baru: menyulam kain tapis, warisan budaya Lampung yang bernilai tinggi.
Keterampilan ini mereka dapatkan lewat Pelatihan Sulam Tapis Tahap ke-3, yang digelar oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Lampung Selatan sejak Rabu, 16 Juli 2025 hingga selesai.
“Kegiatan ini menjadi bagian dari program pembinaan kemandirian. Tujuannya jelas, memberi bekal keterampilan sebelum warga binaan kembali ke masyarakat,” kata Kepala Lapas Kalianda, Beni Nurrahman kepada InsertRakyat.com, Kamis, (17/7/2025).
lanjut Beni Nurrahman, menyampaikan rasa terima kasih kepada Dekranasda. Menurutnya, pelatihan ini menjadi bukti nyata kerja sama pembinaan yang produktif.
“Terima kasih atas dukungan Dekranasda. Pelatihan tapis ini sudah berjalan baik sejak 2023,” ujar Beni.
Pelatihan berlangsung enam hari. Tiga hari pertama diisi dengan teori dan praktik dasar. Tiga hari berikutnya, peserta berlatih mandiri dengan bimbingan instruktur.
Instruktur dari Dekranasda, Yulianti, memuji hasil karya para warga binaan.
“Kualitasnya bagus dan rapi. Mereka sudah bisa buat tas, peci, sandal, dan baju tapis,” katanya.
Tak hanya itu, 30 warga binaan kini sudah mahir dan dipercaya melatih teman-teman mereka. Model pelatihan dari warga untuk warga ini terbukti meningkatkan kepercayaan diri peserta.
Bagi warga binaan, pelatihan ini lebih dari sekadar kegiatan. Ini adalah bekal nyata untuk membangun kehidupan baru setelah bebas.
“Kami berterima kasih sudah diberi kesempatan belajar tapis. Ini jadi modal hidup kami nanti,” ujar salah satu peserta.
Dekranasda memandang kegiatan ini sebagai bagian dari upaya pelestarian budaya sekaligus strategi pemberdayaan ekonomi.
Menurut Kalapas, program ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan. Lapas tak hanya menjalankan fungsi hukuman, tapi juga pembinaan yang nyata dan berkelanjutan.
“Kami ingin warga binaan pulang ke masyarakat dengan keterampilan. Salah satunya ya tapis ini,” tambah Beni.
Harapannya, mereka tidak kembali ke jalur yang salah, tapi justru menjadi pelaku usaha baru yang punya keterampilan khas daerah.
Program tapis ini menjadi wujud keberhasilan pembinaan. Produk buatan warga binaan sudah dipamerkan dalam berbagai kegiatan di luar Lapas. Bahkan ada yang mulai dilirik pembeli.
Warga binaan yang sebelumnya tak mengenal jarum sulam, kini bisa membuat produk siap jual. “Semua ini menjadi jembatan menuju reintegrasi sosial,” imbuh Kalapas.
Dekranasda dan Lapas berkomitmen menjadikan pelatihan tapis ini sebagai program rutin tahunan. Metode dan materi akan terus ditingkatkan sesuai kebutuhan pasar dan dunia UMKM.
Model pelatihan juga dibuat fleksibel. Warga binaan yang telah mahir akan dilibatkan untuk mendampingi peserta baru. Ini tidak hanya meningkatkan keterampilan teknis, tapi juga memperkuat solidaritas dan tanggung jawab sosial di dalam Lapas.
Kegiatan ini secara langsung ikut mendobrak stigma negatif terhadap warga binaan. Mereka bukan beban, tapi bisa menjadi bagian dari pembangunan ekonomi lokal.
Pelatihan tapis menjadi contoh bahwa pembinaan di dalam Lapas bisa bermakna dan berdampak luas. Warga binaan bukan hanya “dihukum”, namun juga disiapkan kembali sebagai manusia produktif.
Ketua Dekranasda Lampung Selatan, Winarni Nanang Ermanto, yang sebelumnya menggagas program ini, menegaskan bahwa semua warga negara berhak mendapat kesempatan kedua.
“Kami ingin bukti, bukan janji. Lewat tapis, kita bantu warga binaan membangun harapan baru,” ujar Winarni dalam pernyataan terpisah.
Ia berharap semakin banyak pihak yang ikut mendukung program pelatihan berbasis budaya lokal ini. Karena ketika warga binaan diberdayakan, maka masyarakat pun diuntungkan.
Program seperti ini layak diperluas. Dimana Pelatihan sulam tapis di Lapas Kalianda itu membangun jiwa mandiri, menggenggam harapan, dan menyiapkan masa depan warga binaan.
(Nazaruddin/Insertrakyat.com).