JAKARTA, – Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di Indonesia masih belum benar-benar memprioritaskan sektor pendidikan dan pelatihan secara maksimal.
Fakta ini menjadi latar kuat bagi Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian saat menyampaikan pandangannya dalam Konferensi Pendidikan Indonesia, Rabu (14/5/2025), di Auditorium Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta.
“Tiga ini; pendidikan, Kesehatan dan pelatihan (PKP), harus wajib hukumnya diperhatikan,” tegas Tito di hadapan kepala daerah, praktisi pendidikan, dan pemangku kepentingan lain. Ia menekankan bahwa setiap pemerintah daerah perlu menyesuaikan program pembangunan sumber daya manusia (SDM) dengan karakter dan kebutuhan khas daerah masing-masing.

Dalam bidang pendidikan, Mendagri menyebut beberapa langkah prioritas yang harus dijalankan daerah. Mulai dari pendidikan gratis hingga jenjang SMA atau sederajat, pemberian beasiswa kuliah, hingga standardisasi pendidikan nasional. Tak hanya itu, Tito juga meminta agar insentif kerja bagi tenaga terdidik dan terlatih menjadi perhatian serius.
Pada aspek kesehatan, ia mengingatkan terkait dengan perubahan gaya hidup masyarakat menuju pola yang lebih sehat. Hal ini menurutnya harus didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, serta pemerataan tenaga medis yang profesional dan memadai, khususnya di daerah terpencil. Pencegahan stunting, penyediaan makanan bergizi, dan pembangunan fasilitas olahraga disebut sebagai elemen penting dalam menciptakan generasi yang sehat dan kuat.
“Kalau SDM tidak sehat, pintar pun tak bisa berfungsi optimal,” ujar Tito lugas. Ia menyayangkan masih banyak daerah yang larut dalam kebanggaan terhadap kekayaan sumber daya alam (SDA), namun melupakan penguatan kualitas manusianya. Kekayaan itu, tegasnya, justru berpotensi dinikmati oleh pihak luar jika tidak diimbangi dengan kesiapan SDM lokal yang tangguh.
Mendagri mengingatkan bahwa keseimbangan antara SDA dan SDM adalah fondasi penting untuk mewujudkan negara maju. “Kalau negara itu, sudah sumber daya manusianya hebat, didukung sumber daya alam yang luar biasa, negara itu melompat, dan kita memiliki potensi itu,” ujarnya penuh keyakinan.
Lebih lanjut, Tito menjelaskan bahwa Indonesia saat ini tengah menikmati momentum bonus demografi, di mana jumlah penduduk usia produktif sangat dominan. Namun, ia mengingatkan bahwa potensi ini bisa berubah menjadi bencana jika tidak dikelola dengan baik. Kelompok usia produktif yang tidak terlatih dan tidak sehat hanya akan menjadi beban sosial baru.
“Nah, ini mumpung ada banyak usia produktif, ini akan menjadi modal penting bagi kita untuk maju. Tapi kuncinya adalah, mereka harus produktif, mereka harus terdidik, terlatih, dan sehat,” kata Tito.
Konferensi ini turut dihadiri oleh sejumlah kepala daerah, pakar pendidikan, serta pelaku kebijakan yang selama ini aktif dalam dunia pendidikan nasional. Melalui forum ini, Mendagri ingin menegaskan bahwa pembangunan SDM bukan sekadar jargon program, melainkan jalan strategis untuk menata masa depan bangsa secara adil, merata, dan berkelanjutan.
“Anak-anak ini aset bangsa, bukan beban. Mereka titipan yang harus kita jaga bersama,” pungkas Tito, menutup arahannya dengan nada moral dan tanggung jawab kolektif. (Lutf/Lutf).