JAKARTA, INSERTRAKYAT.COM –
Jambore Muslim Dunia resmi digelar di Bumi Perkemahan Cibubur. Kegiatan besar ini diprakarsai Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, sebagai bagian dari peringatan 100 tahun perjalanan pendidikan pesantren modern tersebut.

Penyelenggaraan jambore kali ini menjadi sorotan, bukan hanya karena skalanya yang internasional, tetapi juga karena makna yang dikandungnya. Tema yang diangkat, “Civilized, United, and Peaceful”, menegaskan visi Gontor untuk menebar semangat perdamaian, persaudaraan, dan peradaban Islam yang moderat.

Tercatat 15.333 peserta hadir dari 16 negara. Kepulauan Selayar juga turut berpartisipasi dengan mengirimkan 27 peserta. Mereka berasal dari sejumlah lembaga pendidikan: SMP dan SMA Babussalam, SMP IT KH. Abdul Qadir Qasim, MTsN Kepulauan Selayar, MTsS Amaliyah Mare-Mare, MTsS Nurul Yaqin, dan MAN Kepulauan Selayar.

Rombongan kontingen Selayar dipimpin oleh Khaerunnas selaku Ketua Kontingen. Ia menyampaikan harapan agar jambore pertama ini menjadi awal yang baik dan berlanjut pada pelaksanaan kedua serta seterusnya.

Kontingen Selayar didampingi pembina yang telah berpengalaman dalam membina siswa di bidang kepramukaan dan kegiatan islami. Untuk putra, pembina adalah Khairunnas dan Muhammad Yamril. Sementara untuk putri, dibina oleh Niar Almayana dan Dra. Suryani, MM.

Mereka memastikan seluruh peserta tidak hanya siap secara fisik, tetapi juga matang secara mental dan spiritual. Pendekatan yang digunakan menekankan nilai kepramukaan Islam yang menyatu dengan semangat ukhuwah.

Jambore Muslim Dunia bukan sekadar pertemuan pramuka internasional. Ada tiga hal penting yang melatarbelakangi penyelenggaraannya:

1. Memperkuat Identitas Pramuka Muslim Global
Jambore ini menjadi wadah kebangkitan pramuka muslim, yang berakar pada nilai keislaman dan terbuka pada dinamika global.

2. Mengembangkan Potensi Intelektual, Sosial, dan Spiritual Peserta
Rangkaian kegiatan diarahkan untuk mengasah keterampilan berpikir kritis, kepemimpinan, hingga semangat kebersamaan lintas bangsa.

3. Syiar Perdamaian Dunia
Dengan hadirnya 16 negara, jambore ini mengirim pesan penting: Islam adalah rahmat bagi seluruh alam, damai, dan berperadaban.

Menurut panitia, kegiatan ini dipersiapkan dengan perencanaan panjang. Pendaftaran kontingen dilakukan jauh hari sebelumnya. Program kegiatan dirancang agar selaras dengan nilai kepramukaan Islam dan misi perdamaian dunia.

Hal ini menjadikan jambore bukan hanya ajang perkemahan biasa, melainkan forum internasional yang mengintegrasikan budaya, pendidikan, dan dakwah perdamaian.

Keikutsertaan pelajar Selayar dalam ajang internasional ini mendapat sorotan tersendiri. Sebagai daerah kepulauan dengan tantangan geografis, perjuangan mereka untuk bisa hadir di ajang sebesar ini patut diapresiasi.

Khaerunnas, Ketua Kontingen Selayar, menyampaikan harapan agar pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar memberi perhatian lebih, terutama melalui beasiswa bagi siswa berprestasi. Menurutnya, dukungan pemerintah daerah sangat penting untuk membuka peluang lebih luas bagi generasi muda agar dapat berkiprah di kancah nasional maupun internasional.

Jambore Muslim Dunia pertama ini bukan hanya bagian dari perayaan seabad Gontor, melainkan juga tonggak sejarah baru pramuka muslim dunia.

Adanya partisipasi aktif dari berbagai negara, termasuk kontribusi generasi muda Kepulauan Selayar, kegiatan ini diharapkan melahirkan jaringan ukhuwah internasional yang lebih kuat.

Semoga pertemuan ini menjadi warisan berharga, yang tidak berhenti pada perayaan seratus tahun Gontor, tetapi terus berkembang sebagai syiar perdamaian global di masa depan.

(DWisMar).