Jakarta, Insertrakyat.com – Selain berperan dalam pemantauan faktor risiko stunting, metode Wastewater – Based Epidemiology (WBE) juga dinilai mampu menjadi alat penting dalam pengawasan resistansi antimikroba (antimicrobial resistance atau AMR).
National Technical Advisor on Antimicrobial Resistance FAO, Rallya Telussa, mengungkapkan bahwa resistansi antimikroba telah menjadi ancaman kesehatan global yang serius.
“Pada tahun 2019, sekitar 4,95 juta orang meninggal akibat infeksi yang resistan terhadap obat, dan 1,27 juta di antaranya secara langsung disebabkan oleh AMR,” ujarnya dalam Forum Diskusi Aktual BSKDN Kemendagri, Selasa (11/3/2025).
Indonesia sendiri menempati peringkat kelima di Asia Tenggara dalam jumlah kematian akibat AMR. Menurut Rallya, penggunaan air yang terkontaminasi bakteri resisten, gen resisten, serta residu antibiotik dapat mempercepat penyebaran AMR di lingkungan.
Harimurti Nuradji dari BRIN menambahkan bahwa WBE dapat membantu pemantauan AMR secara komprehensif dengan mengintegrasikan data dari sektor kesehatan manusia dan hewan.
“WBE bukan hanya untuk stunting, namun, juga bisa membantu kita memahami bagaimana penyebaran bakteri resisten di lingkungan, sehingga kebijakan pengendalian AMR dapat lebih efektif,” jelasnya.

Sementara itu, TR Fahsul Falah, yang menutup forum diskusi ini, menegaskan bahwa pengembangan WBE harus dilakukan secara berkelanjutan dengan dukungan berbagai pihak.
“Kemendagri mendorong pemanfaatan WBE untuk memperkuat kebijakan sanitasi dan kesehatan, termasuk dalam pengawasan resistansi antimikroba yang menjadi ancaman serius bagi kesehatan global,” tutupnya.
- AMR
- Asia Tenggara
- bakteri resisten
- BRIN
- BSKDN
- FAO
- Forum Diskusi
- gen resisten
- infeksi resistan
- Kebijakan Kesehatan
- kebijakan pengendalian
- Kemendagri
- kesehatan global
- kolaborasi lintas sektor
- Lingkungan
- pemantauan epidemiologi
- residu antibiotik
- resistansi antimikroba
- sanitasi
- sektor hewan
- sektor kesehatan
- Stunting
- Wastewater Based Epidemiology
- WBE