SULTAN MUSA, berasal dari Samarinda – Kalimantan Timur. Tulisannya tersiar diberbagai platform media online & media cetak Nasional maupun Internasional.
Karya – karyanya masuk dalam beberapa Antologi bersama penyair Nasional & Internasional.
Buku tunggalnya bertajuk “Titik Koma” nomine buku puisi unggulan Penghargaan Sastra 2021 Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Selanjutnya puisinya terpilih juga pada event “Challenge Heart and Art for Change” Collegno Fòl Fest Turin – ITALIA (2024).
Belum berhenti sampai disitu Puisi Sultan juga berhasil lolos kurasi dan dipamerkan pada event “Kalang Exhibition” digagas oleh Triaksara Pengairan – Malang (2025).
Tercatat pula dibuku “Apa & Siapa Penyair Indonesia – Yayasan Hari Puisi Indonesia” Jakarta 2017.
Jum’at, (9/5/2025) SULTAN MUSA mengirim langsung uraian puisinya kepada INSERTRAKYATMCOM menyusul komunikasi secara intensif sebelumnya. Dalam bentuk dokumen digital. Terdapat sejumlah karya sastra yang menarik di dalamnya.
Penasehat sekaligus bagian dari Pendiri INSERTRAKYAT.COM, Drs. Wahyudi El Panggabean, M.H.,MT.BNSP.,C.PCT di ruangan kerjanya di Lembaga Pendidikan Wartawan Journalist Center Pekanbaru (PJC) , kota Pekanbaru, Riau menyabut baik gagasan dan Inisiatif Sultan Musa, ia mengucapkan terima kepada Sultan Musa atas kepercayaan yang diberikan kepada INSERTRAKYATMCOM dalam menerbitkan sejumlah karya sastra yang berbentuk puisi.
“Ini menarik. Saya bilang, ini luar biasa. Banyak intisari berbuah pesan mendalam, setiap bait dari karya Saudara Sultan Musa. Saya ucapkan terimakasih banyak atas kepercayaan anda terhadap Manajemen INSERT RAKYAT. COM,” ungkap Wahyudi.
Wahyudi juga berpesan kepada salah seorang jurnalis Insertrakyatdotcom, aktif di Sulawesi, ia juga penulis novel dengan judul “Cinta dalam Genggaman anak pungut” dan Buku yang sedang disusun dengan Judul “Hijrah”. Wahyudi berharap agar binaannya itu tetap menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak termasuk dengan Sultan Musa.
“Tak kalah penting, lebih dipertajam kinerja jurnalistik nya, tidak ada yang sempurna dalam sebuah tulisan itu intinya, yang artinya hari ini anda diremehkan boleh jadi besok dimaki – maki oleh dunia, untuk itu tetap belajar dan terus belajar sebagai pelepas penat dari makian itu, “Srategi Menembus Narasumber”beber pria yang juga sedang ulang tahun ke 61 hari Ini
Berikut adalah karya – karya Sultan Musa.
POHON, JIWA – JIWA KEHIDUPAN
SUATU hari nanti, saat kau kembali
menjadi sebentuk pohon
lalu bercengkerama bersama burung
membahagiakan setiap hari
lalu, dengan perasaan senang
daunmu tetap menari
rantingmu selalu kuat
akarmu penuh kesederhanaan
merangkum kisah bersama angin
berjanjilah terus bertumbuh
dengan ragam cerita istimewa
….dan percayalah suatu hari
ada pelukan untukmu
meski kau telah jauh mengakar.
-2025.
MISTIKUS KERINDUAN POHON
lalu berganti hari,
kau pun masih menyimpan rahasia alam
berkelimpahan pertemuan antara
kerinduan Sang Pencipta
sampaikan dengan indah….
kerinduan yang tak pernah hilang
serindu ini kau dekap
……datang dan katakan
pada-Nya di sana, di sana !
-2025
MENYIBAK PERJALANAN SUNYI AIR
setiap air mengalir memiliki ceritanya sendiri
menalamkan rantai dingin kehidupan
dari menyimak makna dan rahasia semesta
setiap tetes punya ribuan cerita
setiap air menyusuri perihal kebaikan
keseimbangan yang tak pernah usai
tempat tenang untuk bercermin diri
dari siluet waktu terus berkejaran
setiap air menyapa rentang usia
berkelana lewat rencana Tuhan
menelisik kedalaman riak jiwa
di tengah kisah dunia yang gaduh
jauh dari pada itu semua,
air menyemaikan tempat pertemuan
antara sayap kenangan dan impian
memecah kebingungan perihal
yang mungkin belum kita mengerti
sampai waktunya tiba untuk kembali
“setiap perjalanan adalah juga kepulangan”
-2025
AIR , LEBIH BAIK MENJAGA DARIPADA MENETESKAN AIR MATA
tak ada perjalanan dari hulu menuju ke hilir, berhenti sejenak di tempat tenang itu
terdiam serupa memaknai kehidupan—-dalam ramai sepi kurindu
“ya ! yang kamu cari itu, aku” ujar air
lamat-lamat mengalir bersama, namun tak menambatkan ke arah yang sama
beradu melintasi ragu dan takut diantara musim yang tak usai
kadang terburu kisah rapuh kehangatan mentari
atau terbakar makna diantara baris-baris riak
kini kutahu betapa ranumnya menemani saat hulu mengalir, atau
menghilangkan keruh gemericik hilir yang terpendam
serupa merangkai pesan : lebih baik menjaga, daripada meneteskan air mata
-2025
MARI KITA BICARA : AIR
bertalian dengan hidup
menyelipkan pesan atas nama alam
segegas mengalir ruang bumi terisi
tapi ;
ulah jiwa tamak berlakon
meraup tanpa pikir
biarkan berkeliaran membuncah
padahal ;
masih banyak ruang lega
berharap panggung sadar
saling mengingatkan ini akan berakhir
mungkin ;
ini hanya ulah kata – kata
lewat telinga meluap – luap
tumpahkan bahwa sumber mendekati kering
-2020
“Arsip HAK CIPTA”.
(Mft/Mft)