INSERTRAKYAT.COM, Banyuwangi Kementerian Pekerjaan Umum (PU) tengah merevitalisasi Pasar Induk Banyuwangi menjadi pusat ekonomi rakyat yang modern, bersih, dan berpadu dengan budaya lokal. Senada, Menteri PU, Dody Hanggodo, menegaskan pasar rakyat harus hadir sebagai ruang yang tertata, sehat, dan nyaman. “Pasar harus jadi pusat kegiatan ekonomi masyarakat,” ujar Dody di Jakarta, Sabtu, (2/8/2025).

Lebih dalam Dody mengutarakan bahwa, Revitalisasi pasar ini berdiri di atas lahan 10.600 meter persegi. Dua bangunan utama setinggi dua lantai mencakup 777 unit kios dan los. “Bangunan sisi utara terdiri dari 209 unit, sementara sisi selatan menampung 568 unit. Total luas bangunan mencapai 15.872 meter persegi,” jelas Dody.

Dody bilang, pasar ini terbagi menjadi tiga zona,  pasar basah, pasar kering, dan area kuliner. “Lantai satu akan menampung pedagang ikan, daging, dan sayur. Lantai dua disiapkan untuk pedagang kelontong, pakaian, dan pelaku UMKM kuliner,” bebernya.

BACA JUGA :  Peresmian 3 Gedung Fakultas IPDN, Kolaborasi PU-Kemendagri Dorong Pendidikan Menuju Indonesia Emas

Desain bangunan mengusung konsep Bangunan Gedung Hijau (BGH), hemat energi, sirkulasi udara alami, dan ramah difabel,” masih pernyataan Menteri Dody.

Belum berhenti sampai disitu, Dody mengemukakan bahwa, Fasilitas pendukung cukup lengkap, mulai dari area parkir seluas 4.733 meter persegi yang dapat menampung 336 kendaraan, tangga darurat, jalur pedestrian ramah difabel, hingga lansekap yang rapi dan hijau.

Seluruh pekerjaan proyek dibiayai dari APBN 2024–2025 sebesar Rp152 miliar. Pembangunan dimulai Oktober 2024 oleh PT Lince Romauli Raya dan ditargetkan rampung akhir 2025,” Imbuh Dody.

BACA JUGA :  Menteri PU Tinjau Bendung Argoguruh, Pastikan Dukungan terhadap Swasembada Pangan

Pasar Induk Banyuwangi tak hanya dibangun untuk berdagang. Namun dirancang menjadi ruang publik baru yang menggabungkan fungsi ekonomi, budaya, dan wisata. Mengusung desain arsitektur khas Osing berpadu langgam kolonial Belanda, pasar ini tetap mempertahankan identitas lokalnya.

Fasad depan pasar akan menjadi area retail dan hawker food. Disediakan juga pedestrian selebar 5 meter, cocok untuk wisata kuliner sambil berjalan kaki. Penataan kawasan pasar terkoneksi dengan RTH Alun-Alun Blambangan dan Alun-Alun Sri Tanjung. Koridor hijau sepanjang dua kilometer disiapkan sebagai ruang publik yang teduh dan nyaman.

Dengan konsep ini, Pasar Induk Banyuwangi disiapkan menjadi ikon wisata belanja baru sekaligus ruang hidup budaya masyarakat. Pasar ini juga mendukung acara unggulan daerah seperti Banyuwangi Ethno Carnival dan berbagai kegiatan seni komunitas.

BACA JUGA :  Menteri PU Terima Kunjungan Dubes Belanda

Secara geografis, lokasinya sangat strategis, berada di jantung kota Banyuwangi, tepatnya di Jalan Satsuit Tubun. Pasar ini berperan penting dalam distribusi bahan pokok, hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan untuk wilayah Banyuwangi dan sekitarnya.

Revitalisasinya (Pasar,-red) merupakan bagian dari Strategi PU 608 dalam kerangka besar Asta Cita. Fokusnya adalah pembangunan infrastruktur yang adil, inklusif, dan berpihak kepada rakyat kecil. “Jadi Pasar Induk Banyuwangi ini bukan hanya sebagai tempat transaksi, namun sebagai ruang hidup rakyat, yang menghidupkan sejarah, budaya, dan ekonomi lokal,” kunci Dody. (Agy/Insertrakyat.com).