JAKARTA,INSERTRAKYAT.com – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) kembali memberi perhatian serius terhadap wilayah Sulawesi, khususnya dalam mitigasi bencana banjir dan tsunami.
Proyek pengendalian banjir pada tiga sungai utama di Kota Palu, Sulawesi Tengah, kini tengah berjalan dan telah mencapai progres fisik sebesar 81,14%.
Menteri PUPR Dody Hanggodo menegaskan, pembangunan infrastruktur pengendali banjir merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk meningkatkan ketahanan wilayah terhadap bencana.
“Infrastruktur ini dibangun secara terintegrasi, berkelanjutan, dan adaptif terhadap perubahan iklim,” ujar Menteri Dody dalam keterangan resmi, Senin (30/6/2025).
Sebagai informasi, bencana gempa dan tsunami tahun 2018 menyebabkan kerusakan besar di Daerah Aliran Sungai (DAS) Palu-Lariang, termasuk pada bagian hilir Sungai Palu.
Selain itu, terjadi penumpukan sedimen di gorong-gorong bawah landasan pacu Bandara Mutiara SIS Al-Jufrie yang dilalui Sungai Kawatuna. Kondisi serupa juga terjadi di Sungai Ngia yang terhubung dengan jaringan irigasi.
Akumulasi sedimen tersebut turut memicu banjir bandang di wilayah Palu pada 2019.
Ditempat terpisah, Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi III Palu, Dedi Yudha Lesmana, menyatakan bahwa penanganan tiga sungai ini dimulai sejak Agustus 2022 dan ditargetkan selesai tahun 2025.
Detail Teknis Penanganan Tiga Sungai
Pada Sungai Palu, pekerjaan meliputi pembangunan tanggul sungai sepanjang 376 meter (kiri) dan 368 meter (kanan). Di sisi hilir, tanggul pantai dibangun sepanjang 457 meter (kiri) dan 385 meter (kanan).
Selain itu, dilakukan pengerukan sedimen sepanjang 800 meter guna meningkatkan kapasitas aliran sungai.
Untuk Sungai Kawatuna, dikerjakan pembangunan dua unit dam konsolidasi masing-masing sepanjang 40,5 meter dengan tinggi 6 meter.
Enam unit groundsill sepanjang 17,7 meter juga dibangun untuk mengurangi kecepatan aliran air. Revetment atau pengaman tebing sungai turut dibangun untuk mencegah erosi.
Di Sungai Ngia, dibangun tiga unit dam konsolidasi dengan ukuran masing-masing 25,5 meter dan dua unit 21 meter. Penambahan groundsill juga dilakukan agar aliran sungai lebih landai dan aman.
“Penanganan ini diharapkan dapat melindungi area seluas 133,7 hektare dari potensi bahaya banjir dan tsunami,” jelas Dedi.
Proyek ini dapat mengurangi risiko bencana, dan juga menjaga keberlanjutan layanan transportasi dan irigasi di wilayah terdampak.
Fungsi Bandara Mutiara SIS Al-Jufrie dan jaringan irigasi Palu turut diamankan dari kerusakan yang disebabkan sedimentasi.
“Upaya ini akan menciptakan ruang hidup yang lebih aman bagi masyarakat Palu,” kata Dedi.
Pemerintah juga menargetkan integrasi pengelolaan DAS Palu-Lariang dalam skema pembangunan berkelanjutan.
Masyarakat diharapkan ikut menjaga infrastruktur yang telah dibangun agar manfaatnya berjangka panjang.
Kementerian PUPR memastikan pengawasan proyek dilakukan ketat agar mutu pembangunan tetap terjaga dan rampung sesuai jadwal.
Kedepan, Palu diharapkan dapat menjadi kota tangguh bencana yang siap menghadapi risiko alam secara terstruktur dan adaptif. (Agy).