SINJAI, INSERTRAKYAT.com – Akses jalan utama penghubung Dusun Halimping dan Dusun Haru, Desa Saotanre, Kecamatan Sinjai Tengah, Kabupaten Sinjai sempat terputus, Selasa, (8/7/2025). Di sana terdapat satu unit Jembatan Ambruk. Penyebabnya, cuaca ekstrem yang memicu hujan dengan intensitas tinggi sejak Jum’at hingga Sabtu, (5/7/2025) pagi.
Derasnya hujan selama beberapa jam itu menimbulkan dampak besar, permukaan tanah yang labil sehingga mudah terjadi tanah longsor dan jembatan Ambruk, pada 5 Juli 2025. Pihak TNI – dan Polri (Babinsa – Bhabinkamtibmas) langsung meninjau lokasi sejak Sabtu. Masyarakat setempat diberikan imbauan. Tidak ada korban jiwa atas kejadian tersebut.
Tak lama setelah menerima informasi, Kades Saotanre, Andi Sulaeman kemudian menyusun rencana untuk melakukan kegiatan gotong royong.
Warga dan pemerintah desa bergerak cepat. Dipimpin langsung Kepala Desa Saotanre, Andi Sulaeman, S.Sos, untuk membangun jembatan darurat demi memulihkan konektivitas warga.
“Pembangunan dilakukan secara gotong royong di Jalan Poros Saotanre – Polewali. Akses ini bersentuhan langsung dengan perekonomian warga dua dusun tersebut,” ungkap Andi Sulaeman saat ditemui di lokasi kegiatan, Senin, (7/7/2025).

Warga menyumbang tenaga, batang kayu jati dan kelapa untuk konstruksi jembatan sederhana. Meski bersifat sementara, jembatan darurat itu kini menjadi akses utama bagi masyarakat.
“Semangat gotong royong warga sangat luar biasa. Alhamdulillah rasa kebersamaan tetap kokoh, kita bersama – sama membersihkan material longsoran dan perbaikan jembatan,” masih Andi Sulaeman menuturkan.
Pembangunan jembatan darurat adalah bagian dari solusi, namun sifatnya sementara. Sebab itu, Andi Sulaeman berharap pemerintah Kabupaten Sinjai dapat membangun jembatan permanen.
“Status jalan, merupakan jalan kabupaten, fungsinya sangat vital untuk aktivitas Masyarakat,” imbuhnya.
Ketua LPM Desa Saotanre, Baharuddin, M.Pd.I., turut mengapresiasi keterlibatan warga. Ia mengatakan kegiatan gotong royong itu bagian dari kolaboratif yang terus dirawat. Gotong royong dan tenggang rasa merupakan kearifan lokal. Sedangkan bencana yang melanda desa adalah tanggung jawab bersama.
“Kita berharap agar Pemkab Sinjai kedepannya dapat kembali membangun jembatan permanen yang tahan bencana,” ungkap Baharuddin.
Diketahui, jembatan yang ambruk merupakan satu-satunya akses penghubung antara dua dusun yang dihuni ratusan warga. Ambruknya jembatan membuat aktivitas ekonomi terganggu, akses Lalulintas sempat lumpuh.
Hingga kini, jembatan darurat menjadi tumpuan utama aktivitas warga. Meski berisiko dan minim fasilitas keamanan, jembatan itu sangat dibutuhkan untuk akses harian.
“Sebagai masyarakat, yah kita tetap berharap agar ada bantuan pemerintah untuk infrastruktur permanen,” imbuh Warga asal Dusun Haru.
Kendati demikian, meski pembangunan jembatan darurat sudah rampung, kondisi tetap belum ideal. Saat malam hari, minim penerangan, dan belum ada pagar pengaman.
“Kita sudah antisipasi hal – hal yang tidak diinginkan, untuk itu, warga diharapkan agar tetap waspada dan berhati-hati saat melintas,” imbuh Kades Sulaeman. Pihaknya telah mengirimkan laporan Kebencanaan ke Pemerintah Kabupaten Sinjai. Diharapkan ada peninjauan dan respons cepat.
(Laporan: Andi Basri/Editor: Isma Insertrakyat.com).