INSERTRAKYAT.COM, — Bangunan Irigasi Kalamisu yang merupakan sumber pasokan air persawahan masyarakat di Kabupaten Sinjai ternyata mengalami kerusakan sangat parah, hingga hari ini.
Kerusakan itu disebut terjadi sejak puluhan tahun silam, jauh sebelum Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo dalam masa kepemimpinan selama 1 dekade.
Kini berangsur, di era Presiden Prabowo Subianto dengan wakilnya Gibran Rakabuming Raka [Kabinet Merah Putih], Kondisi Irigasi Kalamisu makin memprihatinkan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Kerusakan terjadi nyaris 80% pada bangunan tua tersebut. Di Desa Kanrung dan Kampala Sinjai Timur dari tiga tahun terakhir fungsi Irigasi sangat nihil.
Amir Said, salah satu sumber yang sering didapati bersama sejumlah masyarakat di lokasi persawahan menceritakan kondisi tersebut.
Dirinya lantas meminta Menteri PU-PR, Dody Hanggodo meluangkan waktunya, untuk kemudian melirik realita yang dialami para petani di Sinjai, Sulawesi Selatan.
Menurut dia, hasil pertanian melalui persawahan adalah pemicu pertumbuhan ekonomi masyarakat. Namun, akibat kerusakan pada sistem jaringan Irigasi Kalamisu menjadi kendala utamanya.
“Irigasi Kalamisu pemasok air (pengairan) persawahan ratusan hektare sawah, meliputi wilayah Kecamatan Sinjai Tengah dan Kecamatan Sinjai Timur,” ungkap Amir dikutip Insertrakyat.com dari lokasi persawahan masyarakat, Kamis (15/5/2025).
Masyarakat sudah berulang kali menyuarakan untuk perbaikan, bahkan DPRD Sinjai juga tak kalah sering melakukan koordinasi dengan instansi terkait. Namun, perbaikan belum terealisasi.
“Irigasi Kalamisu ini merupakan kewenangan SDA–PU Pemprov dan Pusat Kementerian PU-PR,” imbuh Amir.
Rusaknya Irigasi Kalamisu menambah hambatan dalam memecahkan permasalahan kemiskinan di Sinjai. Meskipun demikian, banyak masyarakat sudah capek menjerit atas kondisi yang mereka alami dalam episode panjang.
Terlebih mereka malu mendengar para wakil rakyat yang tidak dipedulikan oleh instansi terkait, dan bahkan sejumlah pemimpin yang telah eksis memimpin Sinjai, juga belum berkesempatan melihat adanya perbaikan Irigasi Kalamisu.
Kedengarannya, para Pemimpin pendahulu di Sinjai bukannya tidak bekerja untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat, namun kenyataannya yang terjadi adalah pemegang kendali atas kebijakan pada perbaikan jaringan irigasi Kalamisu, baik di tingkat provinsi terlebih di Kementerian PU-PR belum sepenuhnya menyadari desakan masyarakat.
“Inilah kenyataan yang terjadi,” ujar salah seorang mahasiswi yang akrab disapa Nur.
Nur mewakili suara masyarakat, ia lantas mengulas bagian kecil dari dampak besar atas kerusakan Irigasi Kalamisu.
Nur bilang, kerusakan yang terjadi menyebabkan ribuan masyarakat yang bergelut di sektor pertanian, sulit dalam memenuhi kebutuhan pangan dari hasil pertanian lokal. Mereka sering mengalami kerugian operasional yang cukup besar.

Nur menyebut, alih-alih mendapatkan hasil panen, justru sebaliknya, para petani mengalami kendala lebih awal pada masa tanam, pasokan air tidak memadai.
Sementara pemenuhan atas tuntutan ekonomi masyarakat, rata – rata 60%, bersumber melalui hasil pertanian/persawahan seperti padi.
“Mau tidak mau, mereka harus melakukan aktivitas pertanian,”. Meskipun demikian, kegagalan panen lebih dominan dibandingkan hasil yang dapat menutupi biaya operasional, selebihnya untuk menyekolahkan anak-anaknya” tukasnya.
Berbicara terkait dengan Air tadah hujan, khusus di Sinjai Timur, tak dapat diandalkan, mengingat sangat berisiko terhadap keselamatan para petani. Ketika mereka memaksakan diri untuk turun ke sawah pada malam hari. Kerap saat musim tanam, pasokan air tadah hujan sering menimbulkan bias di tengah masyarakat, bahkan merenggut nyawa akibat petir.
Dimana, Kabupaten Sinjai cenderung diguyur hujan pada petang dan malam hari. Salah satu bukti rekaman jejak peristiwa menyayat hati, sekitar tahun 2021 lalu, seorang mahasiswa terpaksa kehilangan harapan besar. Ayah dari mahasiswa itu meregang nyawa di tengah persawahan, di Kecamatan Sinjai Timur.
Berkaca pada peristiwa ini, masyarakat tentu mengalami trauma besar, dan berharap peristiwa tidak berulang. Namun demikian, perhatian publik dari Kantor Kementerian PU-PR belum sepenuhnya menyinari harapan rakyat di Bumi Panrita Kitta, sebutan daerah Kabupaten Sinjai.
Tatkala terhambatnya pasokan air persawahan selama puluhan tahun silam, ini menimbulkan kegagalan petani, baik pada musim tanam terlebih hasil panen tak pernah maksimal.
Mimpi mendapatkan hasil panen melimpah, justru masyarakat menghadapi momok pada setiap musim tanam. Padahal, sumber daya manusia (SDM) di bidang pertanian, khususnya Sinjai, terbilang memiliki potensi besar.
Hanya saja, khususnya dua kecamatan yakni Kecamatan Sinjai Tengah dan Kecamatan Sinjai Timur itu, potensial SDM gugur setiap kali menghadapi musim tanam.
“Sinjai ini memiliki SDM unggul, bukan cuma sektor pertanian tapi pembentukan Kopdes Merah Putih Sinjai juga sudah sukseskan pada 9 Mei sudah rampung. Nah, Kopdes ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing ekonomi termasuk bersinggungan dengan swasembada pangan.
Makanya itu, kita harapkan kepada Pak Menteri Dody agar dapat memberikan sinar pada sektor pertanian warga, khususnya perbaikan Irigasi Kalamisu dapat direalisasikan,” harap Nur.
Kendati demikian, Menteri PU-PR, Dody Hanggodo belum memberikan tanggapan kepada Insertrakyat.com secara langsung, terkait hal ihwal masyarakat Sinjai tersebut.
“Kementerian akan menjawab, semuanya akan dijawab,” tulis Internal PU-PR seraya menyatakan bahwa Menteri Dody sedang melakukan pertemuan penting di ruangan kerjanya.

Hal Senada dari keterangan resmi yang diterima Insertrakyat.com melalui Biro Komunikasi Publik Kementerian PU pada Jumat (16/5) pukul 23.11 WIB, dengan kode no. SP.BIRKOM/V/2025/223.
Dijelaskan bahwa dalam pertemuan itu, Menteri Dody Hanggodo mengajak Bupati Lima Puluh Kota, Safni Sikumbang, memperkuat sinergi pembangunan Sekolah Rakyat sebagai upaya pengentasan kemiskinan.
Pemkab Lima Puluh Kota telah menyiapkan lahan 10 hektare untuk mendukung program ini.
“Kami mengapresiasi inisiatif nyata Pemkab Lima Puluh Kota. Ini bentuk keseriusan dalam menyediakan akses pendidikan di daerah,” ujar Menteri Dody saat pertemuan di Kantor Kementerian PU, Jumat (16/5/2025).
Namun, lokasi tersebut belum memiliki akses air minum. “Insya Allah kita bantu akses air dan sanitasinya, karena itu bagian penting dari sekolah berasrama,” lanjutnya.
Bupati Safni menyebut, survei teknis dari Ditjen Prasarana Strategis telah dilakukan. “Kami butuh sumber air 10 liter/detik dan masih perlu pembiayaan untuk pipanisasi,” ungkapnya. Ia juga mengusulkan pembangunan infrastruktur lain seperti perbaikan jalan dan normalisasi sungai.
Kendati demikian, menarik ulur, dikutip ungkapan Amir Said di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, ia sangat berharap agar Menteri Dody juga melirik realita petani di Sinjai. Kerusakan Irigasi Kalamisu idealnya mendapatkan perbaikan di era Menteri Dody. (S/Lft).
BACA JUGA PILIHAN REDAKSI: Desa Terasa SINJAI, Panen Gabah Kelompok Tani Sipakainga Capai 5,9 Ton Per Hektar