TAHUKAH anda, HIV/AIDS masih menjadi tantangan kesehatan masyarakat. Ironisnya, tantangan terbesar sering kali lahir dari lingkungan sosial, bukan dari virus itu sendiri. Banyak Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) menghadapi tembok diskriminasi yang lebih menggerogoti daripada penyakit yang mereka derita.

Penyakit ini tidak menular melalui interaksi sosial biasa. HIV/AIDS hanya berpindah melalui hubungan seksual berisiko, transfusi darah yang terkontaminasi, penggunaan jarum suntik secara bergantian, atau dari ibu kepada anak saat proses melahirkan dan menyusui. Fakta medis ini perlu masyarakat pahami secara utuh agar ruang diskriminasi semakin sempit.

Deteksi dini menjadi langkah awal yang strategis untuk mengendalikan laju penularan HIV/AIDS. Masyarakat yang sadar akan status kesehatannya mampu melindungi dirinya sekaligus melindungi orang lain. Pemeriksaan dini membuka jalan bagi ODHA untuk memperoleh pengobatan tepat waktu dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

BACA JUGA :  BREAKING NEWS : Advokat Senior Walk Out dari RSUD Konawe, Pelayanan Tuai Sorotan Pedas

Perkembangan medis saat ini memungkinkan penderita mengendalikan virus melalui terapi antiretroviral (ARV). ODHA yang konsisten menjalani pengobatan dapat hidup sehat, produktif, dan berkontribusi nyata di lingkungan sosialnya.

Dukungan keluarga, teman, dan komunitas menjadi elemen utama yang mendorong semangat hidup ODHA. Lingkungan yang menerima tanpa prasangka menciptakan atmosfer positif yang memotivasi mereka tetap patuh menjalani pengobatan.

Masyarakat memiliki peran sentral dalam memutus rantai stigma. Edukasi kesehatan yang menjelaskan pola penularan dan cara pencegahan HIV/AIDS perlu digencarkan. Pengetahuan menjadi kunci membangun kesadaran bahwa ODHA tidak perlu dikucilkan.

BACA JUGA :  Polres Aceh Selatan Lakukan Pemeriksaan Kesehatan Berkala untuk Tingkatkan Kesehatan Personel

Setiap individu dapat memulai dari langkah sederhana: tidak menghakimi, tidak menjauhkan, serta menciptakan ruang yang setara dan manusiawi bagi ODHA.

ODHA juga berhak mengejar mimpi dan menorehkan prestasi. Pengalaman Deradjat Ginanjar Koesmayadi menjadi bukti nyata. Sebagai atlet sepak bola, ia mampu meraih penghargaan dan menginspirasi banyak orang. Kisah seorang mahasiswa berprestasi pengidap HIV/AIDS pun menegaskan bahwa prestasi akademik dan semangat hidup tidak mengenal status kesehatan.

Agar kualitas hidup ODHA tetap optimal, mereka perlu menjalani pola hidup sehat. Berikut prinsip hidup sehat bagi ODHA:

  • Mengonsumsi obat ARV secara teratur
  • Menyusun pola makan bergizi seimbang
  • Melaksanakan aktivitas fisik secara rutin
  • Menghindari konsumsi rokok dan minuman beralkohol
  • Menjaga kebersihan diri secara konsisten
  • Mengelola stres dengan bijak
  • Bergabung dalam komunitas dukungan (support group).
BACA JUGA :  BERITA Rutan Kelas IIB Sinjai : KUPAS Fakta Dibalik Tembok dan Jeruji

Menghapus stigma sama artinya dengan membebaskan ODHA dari beban sosial yang tidak perlu.

Saatnya masyarakat berperan sebagai bagian dari solusi. Melalui edukasi, empati, dan kepedulian, kita mampu menciptakan lingkungan yang sehat, inklusif, dan bermartabat “Jauhi pergaulan bebas”.

Oleh: Firdauz, S.Kom, Sulsel, 31 Maret.