Jakarta Insertrakyat.com – Senja akan datang, dan manusia mengangkat pandangan ke langit. Di ufuk barat, cahaya tipis yang dinanti akan tampak, memberi isyarat bahwa bulan suci semakin dekat. Pada 28 Februari 2025, di 125 titik di seluruh negeri, Kementerian Agama akan menggelar pemantauan hilal, sebuah pertemuan antara ilmu dan keyakinan dalam menandai awal Ramadan.

Dalam perjalanan hidup, manusia selalu mencari tanda, mencari waktu yang tepat untuk kembali, memperbarui janji dengan Sang Pencipta. Hilal menjadi penanda bagi hati yang rindu akan keheningan ibadah, rindu akan malam-malam yang dipenuhi doa dan ampunan.

Para ahli falak telah bersiap. Dari Kantor Wilayah Kemenag hingga ke lembaga-lembaga yang menjaga ketelitian ilmu hisab, semua akan bersatu dalam rukyatul hilal. Pengadilan Agama, organisasi Islam, serta berbagai instansi turut hadir dalam ikhtiar ini.

BACA JUGA :  Kejaksaan Agung Tetapkan 7 Tersangka Korupsi Tata Kelola Minyak Mentah PT Pertamina

“Pemantauan hilal awal Ramadan akan dilakukan di 125 titik se-Indonesia pada 28 Februari mendatang,” ungkap Abu Rokhmad, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag dalam keterangan resminya yang diterima Insertrakyat.com, Rabu, (26/2/2025) di Jakarta.

Hisab telah dihitung, waktu telah diperkirakan. Ijtimak menjelang Ramadan 1446 H diperkirakan terjadi pada Jumat, 28 Februari 2025, pukul 07.44 WIB. Saat matahari tenggelam, hilal akan berada di atas ufuk, dengan ketinggian antara 3° 5,91’ hingga 4° 40,96’. Sudut elongasi diperkirakan antara 4° 47,03’ hingga 6° 24,14’.

Bumi berputar dalam ketetapan-Nya, dan manusia hanya bisa membaca tanda-tanda yang terbentang di semesta. Hilal terkadang terlihat dengan jelas, terkadang tersembunyi di balik awan, sebagaimana hati yang kadang terang oleh keimanan, kadang redup oleh kelalaian. Ramadan hadir sebagai cahaya yang membimbing, sebagai tamu yang membawa keberkahan bagi mereka yang bersiap menyambutnya.

BACA JUGA :  Transaksi Sabu Terendus, Dua Pria di Bone Ditangkap Polisi

Hasil pemantauan ini akan dibahas dalam Sidang Isbat. Dalam ruang yang dipenuhi percakapan ilmu dan kebijaksanaan, keputusan akan diambil berdasarkan musyawarah yang dipandu oleh ilmu dan ketulusan.

Auditorium H.M. Rasjidi, Kantor Kementerian Agama RI, akan menjadi saksi pertemuan para duta besar, Ketua Komisi VIII DPR RI, Mahkamah Agung, Majelis Ulama Indonesia, serta lembaga-lembaga seperti BMKG, BRIN, Observatorium Bosscha ITB, dan Planetarium Jakarta. Bersama mereka hadir para pakar ilmu falak, Tim Hisab Rukyat Kemenag, serta pemimpin organisasi Islam dan pondok pesantren.

BACA JUGA :  Kasat Reskrim Ungkap Kronologi Kasus Curanmor di Sinjai Selatan

“Sidang isbat adalah wujud kebersamaan dalam meniti waktu. Keputusan yang diambil diharapkan menjadi pedoman bagi kaum Muslimin dalam menyambut Ramadan dengan keyakinan dan ketenteraman,” ujar Abu Rokhmad.

Langit akan terus berputar dalam ketetapan-Nya, dan manusia selalu diberi kesempatan untuk kembali memohon ampunan. Ramadan hadir membawa perjalanan jiwa, sebuah panggilan bagi mereka yang ingin menyucikan diri. Hilal akan muncul, memberi tanda bagi mereka yang siap berbenah, menyambut Ramadan dengan hati yang lapang, dengan langkah yang penuh keyakinan dan keikhlasan.