Makassar, Insert Rakyat, – Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan mencatat penumpang angkutan udara domestik di Provinsi ini, pada Mei 2025 berjumlah 127.723 orang, atau menurun 18,51 persen dibanding bulan sebelumnya, yang tercatat 156.745 orang.

“Tren penurunan ini cukup tajam secara bulanan. Penurunan jumlah penumpang terjadi di tiga bandara utama yang diamati di Sulsel, yaitu Hasanuddin, Bua dan Masamba,” kata Kepala BPS Sulsel, Aryanto, dikutip keterangan, Jum’at, (7/4).

Secara rinci, jumlah penumpang domestik pada Bandara Sultan Hasanuddin di Maros, meurun dari 151.030 orang pada April menjadi 121.656 di Mei, atau berkurang 19,45 persen. Sebaliknya, penumpang di Bandara Lagaligo di Luwu justru meningkat, dari 2.078 menjadi 3.392 orang atau naik 63,27 persen.
Sementara itu, Bandara Andi Jemma di Luwu Utara menurun dari 3.637 menjadi 2.675 penumpang, atau berkurang 26,43 persen secara bulanan.

BACA JUGA :  Kantor BPS Sinjai Dalam Kegiatan Survei VHTL untuk Tingkatkan Data Akomodasi

Volume barang yang diangkut pada Mei 2025 justru meningkat. BPS mencatat berat barang yang dikirim dari tiga bandara tersebut mencapai 2.351,49 ton, naik 2,63 persen dibanding April sebesar 2.291,24 ton.
Peningkatan volume barang terjadi di Bandara Hasanuddin dan Lagaligo, sementara Bandara Andi Jemma menurun volume kargonya.

Perkembangan Angkutan Udara Sulsel, Mei 2025.

Secara kumulatif, penumpang angkutan udara domestik di Sulsel, dari Januari hingga Mei 2025 berjumlah 649.746 orang. Dari jumlah tersebut, Bandara Sultan Hasanuddin menyumbang 95,31 persen, sementara Bandara Lagaligo Bua menyumbang 1,47 persen, dan Bandara Andi Jemma 3,22 persen.
Untuk volume barang, total selama lima bulan pertama tahun ini tercatat 11.632,45 ton, dengan Bandara Hasanuddin tetap menjadi pusat pergerakan logistik udara Sulsel.

BACA JUGA :  Inflasi Daerah Sulawesi Selatan Periode Juni 2,24%, Tekanan Biaya Pemicunya!

Menurut Aryanto, penurunan jumlah penumpang udara domestik secara bulanan ini perlu dicermati lebih lanjut oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, pengelola bandara, dan operator penerbangan.

“Tren ini bisa menjadi indikasi perubahan mobilitas masyarakat, yang mungkin dipengaruhi faktor musiman, harga tiket atau lainnya,” pungkas Aryanto. (AA.Faisal).