Jakarta, InsertRakyat.com – Badan Narkotika Nasional (BNN) menerima audiensi dari Program Studi Kriminologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
Pertemuan ini bertujuan memperkuat kerja sama penelitian dan strategi pencegahan penyalahgunaan narkoba di Indonesia.
“Kolaborasi akademisi dan praktisi penting dalam pemberantasan narkoba,” ujar Kepala BNN RI, Marthinus Hukom.
Audiensi berlangsung di Gedung BNN, Cawang, Jakarta Timur, pada Senin (24/2.2025) dengan melibatkan berbagai pihak.
Turut hadir Sekretaris Utama BNN, Tantan Sulistyana, Deputi Pemberdayaan Masyarakat, Heri Maryadi, dan Deputi Hukum dan Kerja Sama, Agus Irianto.
Selain itu, Deputi Pencegahan, Muhammad Zainul Muttaqien, Deputi Rehabilitasi, Bina Ampera Bukit, serta Direktur Psikotropika dan Prekursor, Aldrin Hutabarat, juga menghadiri pertemuan ini.
Kepala Pusat Penelitian, Data, dan Informasi, Augustinus Berlianto Pangaribuan, turut serta dalam diskusi yang membahas berbagai strategi pencegahan narkoba berbasis akademik.
Perwakilan Kriminologi FISIP UI meliputi Ketua Departemen, Iqrak Sulhin, Ketua Program Pascasarjana, Vinita Susanti, serta Guru Besar UI, Prof. Adrianus Meliala.
“Kami siap mendukung kajian strategis untuk menangani narkoba,” ujar Iqrak Sulhin.
Audiensi ini juga membahas peluang pendidikan bagi pegawai BNN di bidang kriminologi.
Keterangan resmi Biro Humas dan Protokol BNN menyebutkan bahwa kerja sama ini mencakup beasiswa dan jalur mandiri bagi pegawai BNN untuk pendidikan lanjutan.
Kolaborasi ini juga mencakup program edukasi dan penelitian bersama guna memperkuat pencegahan penyalahgunaan narkoba di Indonesia.
“Harapan kami, sinergi akademisi dan BNN meningkatkan efektivitas pemberantasan narkoba,” tutup Marthinus Hukom dalam pertemuan ini.
Sebelumnya, Kepala BNN RI Marthinus Hukom menerima audiensi Dewan Redaksi Tempo di Gedung BNN, Cawang, Jakarta Timur, pada Senin (10/2/2025).
Pertemuan ini membahas isu narkotika terkini serta menjajaki peluang kerja sama dalam upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN).
Kepala BNN RI didampingi Deputi Pencegahan, Zainul Muttaqien, serta Kepala Biro Humas dan Protokol, Sulistyo Pudjo Hartono.
Mereka menjelaskan fokus penanganan narkotika serta kendala dalam pelaksanaan P4GN yang masih dihadapi di Indonesia.
Angka prevalensi penyalahgunaan narkotika tahun 2023 mencapai 3,3 juta jiwa, dengan 312.000 di antaranya merupakan anak dan remaja.
Data prevalensi ini menjadi acuan dalam penentuan strategi dan kebijakan, terutama intervensi program pencegahan bagi anak dan remaja.
“Dua fenomena utama mengapa anak dan remaja mencoba narkoba adalah rasa penasaran dan ajakan teman sebaya,” ujar Kepala BNN RI.
Selain itu, kendala lain dalam P4GN meliputi luasnya wilayah perairan serta patronase jaringan sindikat narkotika di daerah rawan.
BNN memperkuat intelijen untuk mengatasi permasalahan narkotika serta berkolaborasi dengan berbagai stakeholder dalam upaya pencegahan.
Upaya dilakukan untuk menjaga ketahanan moral serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya penyalahgunaan narkotika.
Kepala BNN RI berharap media massa dapat berperan dalam P4GN dengan menyebarluaskan informasi serta membentuk opini publik.
Media diharapkan menjalankan peran investigatif dalam isu narkotika guna memberikan sudut pandang yang berimbang bagi masyarakat.
BNN dan Tempo sepakat menjajaki kerja sama dalam program pencegahan serta pemberdayaan masyarakat di kawasan rawan narkotika.
Kolaborasi ini bertujuan mengembangkan potensi anak dan remaja agar terhindar dari pengaruh negatif narkotika.
Tak kalah penting diketahui bahwa, Badan Narkotika Nasional (BNN) RI juga telah menggelar Rapat Kerja Teknis (Rakernis) Pencegahan 2025 di Gedung Tan Satrisna, Cawang, Jakarta Timur, Rabu (19/2/2025).
Rakernis dibuka oleh Kepala BNN RI, Marthinus Hukom, diikuti penyuluh narkoba dari BNN Provinsi dan BNN Kabupaten/Kota secara hybrid.
Rapat ini menindaklanjuti kebijakan efisiensi anggaran pemerintah tanpa mengurangi efektivitas program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan serta Peredaran Gelap Narkotika (P4GN).
Kepala BNN menekankan pemanfaatan teknologi dalam mendukung program pencegahan narkotika untuk meningkatkan jangkauan dan efektivitas kampanye anti-narkoba.
“Perkembangan teknologi mengubah cara kita bekerja. Kita bisa hadir di banyak tempat dalam waktu bersamaan,” ujar Marthinus Hukom.
Ia menginstruksikan penyuluh narkoba menyusun narasi yang mudah dipahami generasi muda serta memanfaatkan media sosial untuk edukasi.
BNN juga menggandeng tokoh masyarakat, influencer, instansi terkait, serta pengusaha dalam menyebarluaskan informasi bahaya narkotika kepada masyarakat luas.
Deputi Pencegahan BNN RI, M. Zainul Muttaqien, menyoroti strategi pencegahan di wilayah pesisir, perbatasan, dan kawasan rawan narkotika.
Penyuluh narkoba dan relawan diharapkan berperan aktif dalam mendukung program pencegahan narkotika agar lebih efektif dan berkelanjutan.
Deputi Bidang Pencegahan menetapkan target prioritas nasional melalui berbagai program strategis berbasis pembangunan dan komunitas yang telah dirancang.
Pembentukan 214 desa atau kelurahan bersinar dengan memanfaatkan sumber daya pembangunan berbasis masyarakat untuk program P4GN.
Intervensi ketahanan keluarga anti-narkoba pada 4.280 keluarga guna memperkuat lingkungan keluarga dalam mencegah penyalahgunaan narkotika.
Pengembangan softskill anti-narkoba di 392 lembaga pendidikan agar siswa memiliki pemahaman lebih baik terhadap bahaya narkotika.
Pembentukan remaja teman sebaya anti-narkotika di 955 komunitas dengan melibatkan 1.910 remaja dalam kampanye pencegahan narkotika.
Meski menghadapi keterbatasan anggaran, Kata Kepala BNN RI, Marthinus Hukom, BNN tetap berkomitmen menjalankan pencegahan narkotika secara inovatif dan efektif bagi masyarakat.
“Semangat kebersamaan dapat mengantar keberhasilan dalam memastikan program pencegahan tetap berjalan dan memberikan dampak baik bagi masyarakat,” kuncinya.